Jakarta (ANTARA News) - Wartawan Senior Rosihan Anwar meminta kepada para wartawan saat ini untuk tetap memihak pada rakyat kecil dalam bekerja dan membuat berita.

"Untuk menjaga profesionalisme, wartawan mesti tahu dan menjaga kompetensi dan komitmen untuk membela orang-orang yang dizalimi, ditindas, disakiti," kata Rosihan yang ditemui disela-sela pembukaan Pameran foto "Merdeka Merdeka" di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA), Pasar Baru, Jakarta, Jumat petang.

Rosihan mengatakan keberpihakan kalangan pers pada jaman kemerdekaan dulu adalah dengan melawan penjajah Belanda dan Jepang.

Wartawan senior tiga jaman itu melihat saat ini dunia pers Indonesia lebih banyak terlihat sisi komersialisme dan kapitalisme.

"Sekarang terlihat pers lebih kapitalisme, cuma untuk komersialisme. Tidak ada cita-cita yang elbih luhur," katanya.

Akan tetapi dia melihat masih banyak wartawan yang mempunyai hati nurani untuk membela rakyat banyak.

Rosihan terlihat mendampingi Sekjen Depkominfo Aswin Sasongko dan Dirut Perum LKBN ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf yang membuka pameran foto dan media cetak di era perjuangan mulai tanggal 14 Agustus hingga 14 Oktober 2009 di beberapa tempat yang diselenggarakan oleh GFJA.

Kurator GFJA Oscar Motuloh mengatakan acara tersebut digelar untuk menyegarkan ingatan dan pengetahuan generasi kini tentang betapa kemerdekaaan itu dicapai dengan kebersamaan segenap bangsa yang heterogen namun memiliki tekad yang sehati untuk berdiri sendiri sebagai bangsa yang merdeka.

Pameran "Merdeka Merdeka" menampilkan 100 foto foto koleksi ANTARA-IPPHOS (Indonesia Pers Photo Service) dan media cetak koleksi Monumen Pers Nasional Solo yang pernah diterbitkan hingga enam bulan sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Beberapa koleksi media cetak yang akan ditampilkan adalah majalah Fikiran Ra`jat dimana Ir Soekarno duduk sebagai pemimpin redaksinya dan majalah Djawa Baroe yang terbit di masa pendudukan Jepang, koran Hokaido, Soeloeh Ra`jat Indonesia dan Pradjoerit.

Pameran "Merdeka Merdeka" juga menampilkan secara lengkap lay out 120 dari 124 halaman Surat Kabar Merdeka yang didirkan oleh BM Diah dan rekan-rekannya seperti Rosihan Anwar, Winarno, Mochamad Soepardi, SOetomo dan Darmawidjaja dengan judul "Nomor Peringatan Enam Boelan Repoeblik Indonesia".

Satu hal yang menarik dalam pameran foto kali ini adalah diterbitkannya kembali buku berjudul "Enam Bulan Republik Indonesia" edisi 17 Agustus 1946 yang disusun oleh B.M. Diah, Rosihan Anwar dan rekan-rekan jurnalis Harian Merdeka.

Menurut Oscar, penerbitan tersebut sepenuhnya bertujuan untuk mensosialisasikan berdirinya republik ini ditinjau dari perspektif kalangan pers.

"Apalagi buku ini tercatat sebagai buku pertama tentang Republik Indonesia yang diterbitkan oleh pers Indonesia setelah Indonesia merdeka," katanya.

Setelah di GFJA Pasar Baru, Pameran "Merdeka Merdeka" akan dilanjutkan di Museum Penerangan Depkominfo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada tanggal 24 September - 24 Oktober 2009.

Pameran ini merupakan kolaborasi gagasan antara GFJA dan Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi (SKDI) Depkominfo. (*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009