Jakarta (ANTARA) - Tepat hari ini dua tahun silam, pelatih dan mantan bintang sepak bola asal Prancis Zinedine Zidane menorehkan tinta emas pada lembar sejarah Liga Champions dengan membimbing Real Madrid menjuarai kompetisi antarklub Eropa paling bergengsi itu tiga kali berturut-turut.

Stadion NSC Olimpiyskiy di Kiev, Ukraina, yang dipadati 61.561 penonton menjadi saksi dari momen bersejarah tersebut.

Los Galacticos berhasil meredam klub asal Inggris Liverpool, yang musim itu lebih diunggulkan karena penampilan gemilang mereka di Inggris dan Eropa.

Baca juga: Real Madrid juara Liga Champions tiga musim beruntun, Bale cetak sejarah

Pada partai final, klub asal Spanyol itu sukses membungkam The Reds 3-1 berkat dua gol dari Gareth Bale yang menyusul gol pembuka dari Karim Benzema dan hanya bisa dibalas sekali oleh Sadio Mane demi mengangkat trofi Champions ke-13 mereka.

Hasil itu bukan saja membuat Zidane jadi pelatih pertama yang menjuarai Liga Champions tiga kali, setelah Bob Paisley (Liverpool 1977, 1878 dan 1981) dan Carlo Ancelotti (AC Milan 2003 dan 2007; Real Madrid 2014), tetapi juga melampaui dua nama itu sebab ia melakukannya dalam tiga edisi beruntun.

Sebelumnya, pada 2016, ketika memenangkan trofi Liga Champions untuk Real Madrid dari tepi lapangan untuk pertama kalinya, Zidane menjadi orang ketujuh dalam sejarah yang menjuarai kompetisi tersebut sebagai pemain dan pelatih.

Selain itu, kendati Luca Zidane tak pernah tampil untuk Real Madrid di Liga Champions 2017/18, namun lantaran namanya terdaftar dalam skuat Los Blancos pada kejuaraan itu, ia dan sang ayah menjadi pasangan ayah-anak keempat yang menjuarai kompetisi tersebut sepanjang sejarah. Tiga pasangan ayah-anak sebelumnya adalah Manuel Sanchis Martinez dan Hontiyuelo, Carles dan Sergio Busquets, serta Cesare dan Paolo Maldini.

Sementara Zidane meninggalkan Kiev berbalut raihan bersejarah, manajer Liverpool Juergon Klopp seolah menyandang status baru selaku spesialis runner-up malam itu.

Liga Champions 2017/18 jadi partai final ketiga yang dicapai Klopp bersama Liverpool tanpa kemenangan. Dua tahun sebelumnya, Klopp dan Liverpool kalah adu penalti kontra Manchester City di final Piala Liga Inggris serta tunduk 1-3 lawan Sevilla di final Liga Europa.

Sedangkan di kancah Champions sendiri, Klopp juga cuma menjadi runner-up saat Borussia Dortmund yang ditanganinya kalah 1-2 melawan Bayern Muenchen dalam All-German Final perdana di ajang itu.

Baca juga: Real Madrid juara Liga Champions 2017
Baca juga: Kunci Zidane menyudahi kutukan juara bertahan Liga Champions



Drama cedera

Liverpool datang ke Kiev dengan kekuatan penuh disokong trio Mohamed Salah, Sadio Mane dan Roberto Firmino di lini depan mereka yang sudah mencetak 90 gol di semua kompetisi musim itu.

Sebaliknya, Real Madrid yang berstatus juara bertahan dua edisi masih ditopang Cristiano Ronaldo sebagai kekuatan utamanya didampingi Karim Benzema.

Real Madrid tampil lebih sabar berdasar penguasaan bola sedangkan Liverpool yang mengandalkan kecepatan Mane dan Salah di sayap memperoleh peluang lebih dulu melalui Trent Alexander-Arnold yang berhasil digagalkan oleh penyelamatan gemilang kiper Keylor Navas pada menit ke-23.

Akan tetapi, dua menit kemudian kekuatan Liverpool segera berkurang drastis ketika Salah dijatuhkan oleh kapten Real Madrid, Sergio Ramos, yang memiting lengan penyerang tim nasional Mesir itu.

Wasit Milorad Mazic tak memberi peringatan apapun terhadap Ramos atas pelanggaran yang setidaknya patut diganjar kartu kuning tersebut.

Salah tampak kesakitan dan akhirnya harus meninggalkan lapangan pada menit ke-31 digantikan Adam Lallana sembari berurai air mata.

Real Madrid sendiri kemudian harus kehilangan bek Dani Carvajal enam menit berselang setelah gagal melakukan umpan tumit dan digantikan oleh Nacho Fernandez.

Babak pertama berakhir imbang tanpa gol setelah gol Benzema dianulir karena ia dianggap berada dalam posisi offside kala menyelesaikan sundulan Ronaldo.

Cedera seolah menjadi tema utama dari pertandingan babak pertama final Liga Champions 2018 tersebut.

Baca juga: Zidane bilang juara itu sudah DNA-nya Real Madrid


Air mata Karius

Paruh kedua diawali dengan peluang bagi Real Madrid kala tembakan Isco membentur mistar gawang, tetapi mitos kesialan akan segera diruntuhkan oleh Los Blancos dalam pertandingan itu.

Pada menit ke-51, kiper Liverpool Loris Karius melakukan blunder ketika bola lemparannya malah mengenai tubuh Benzema dan bola bersarang ke dalam gawangnya sendiri memberi keunggulan bagi Real Madrid.

Empat menit berselang, Mane memberi harapan bagi para suporter Liverpool ketika ia melakukan sontekan mudah menyelesaikan sundulan Dejan Lovren dalam sepak pojok yang dikirim James Milner.

Gareth Bale yang belakangan mulai tersingkir dari opsi utama Zidane masuk pada menit ke-61 menggantikan Isco dan memberi dampak instan atas jalannya pertandingan dengan membawa Real Madrid kembali memimpin lewat tendangan penyelesaian akrobatis menyambut umpan silang Marcelo.

Baca juga: Madrid ingin Zidane berdamai dengan Bale

Liverpool berusaha bangkit, tetapi peluang Sadio Mane membentur tiang gawang dan kali ini bagi The Reds mitos kesialan itu nyata.

Pasalnya, pada menit ke-83 Karius melakukan blunder keduanya di panggung tertinggi sepak bola antarklub Eropa itu. Bale melepaskan tembakan spekulasi yang sebetulnya mengarah tepat ke kiper berpaspor Jerman tersebut, tetapi Karius gagal mengamankan bola yang meleset dari tangannya dan melesak ke dalam gawang.

Skor 3-1 bertahan hingga peluit tanda laga usai berbunyi. Sementara para pemain Real Madrid merayakan torehan bersejarah mereka, Karius bersimbah air mata sembari meminta maaf kepada para suporter Liverpool yang sudah jauh-jauh terbang ke Kiev.

Baca juga: Liverpool juara usai jinakkan Tottenham 2-0
 

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2020