Ambon (ANTARA news) - Umat Islam pada sejumlah Desa di Pulau Ambon, Haruku, Saparua dan Seram, Provinsi Maluku melaksanakan Puasa lebih awal dari keputusan pemerintah yang nantinya ditetapkan Menteri Agama (Menag).

Salah seorang warga Desa Kabau, Pulau Haruku, Tahir Karepessy, kepada ANTARA, di Ambon, Rabu, mengatakan, awal menunaikan ibadah puasa pada Ramadhan di Maluku biasanya disebut Kepala Puasa dan dilaksanakan dengan makan Sahur, Kamis dini hari(20/8).

"Kami biasanya melihat bulan, ini tradisi leluhur sehingga di Kabau Puasa lebih awal dari jadwal yang diputuskan pemerintah," ujarnya.

Puasa lebih awal juga dilaksanakan warga Desa Wakal, Kecamatan Leihitu di Pulau Ambon, Waiputih, Pulau Seram dan Desa Sirisori Islam di Pulau Saparua.

Salah seorang pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Abdul Halid mengatakan, tidak menjadi masalah bila ada umat Muslim di daerah ini yang melaksanakan Puasa lebih awal.

"MUI tetap berpatokan pada keputusan pemerintah melalui Menteri Agama, tapi yang menunaikan Puasa lebih awal itu merupakan warisan leluhur dengan berpatokan pada posisi bulan," katanya.

Abdul mengatakan, Puasa lebih awal itu bukan masalah dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

"Terpenting hati dari masing-masing warga Muslim untuk menunaikan Puasa secara benar sesuai dengan amanah Nabi Muhammad SAW," ujarnya.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Maluku, Suryadi Sabirin mengatakan, stok bahan pangan masyarakat yang ada saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat empat bulan mendatang.

"Tinggal koordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan Perum Bulog Devisi Regional Maluku untuk menjamin stabilitas harga sehingga tidak meresahkan masyarakat," katanya.

Umat Islam di Maluku terlihat telah mempersiapkan diri untuk menunaikan Bulan Suci Ramadhan 1430 Hijriah dengan berbelanja berbagai kebutuhan dan berziarah ke makam oran -orang terkasih yang telah meninggal.

Para pimpinan agama di Maluku yang non Muslim mengimbau pemeluknya agar memelihara stabilitas keamanan guna menjamin pelaksanaan Puasa, termasuk memelihara toleransi jalinan keharmonisan antarumat beragama.

Warga Kristen yang memiliki pertalian hubungan kekerabatan budaya "pela dan gandong" terlihat sudah mengantar bahan makanan dan ayam untuk keperluaan Kepala Puasa saudaranya beragama Islam sebagai cerminan hidup para leluhur.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009