Padang (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memuji sistem budaya "Tigo tungku sajarangan dan tali tigo sapilin" (kerja sama pemerintah, tokoh adat dan alim ulama) masyarakat Minang.

Sistem budaya itu dinilai tangguh menangkal pengaruh globalisasi.

Pujian kepala negara disampaikan dalam pidato kenegaraan pada sidang tahunan Dewan Perwakilan Daerah (DPD-RI) di Jakarta, Rabu (19/8), kata Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi dalam penjelasan tertulis di Padang, Rabu.

Ia menambahkan, Presiden menilai sistem adat masyarakat Minang itu telah menjadi kekuatan lokal yang tangguh dan efektif untuk menangkal berbagai pengaruh globalisasi.

Menurut dia, penilaian Presiden itu juga tidak lepas dari catatan Kepala Negara yang tercatat sebelas kali berkunjung ke Sumbar dalam mengapresiasi kemajuan daerah ini dalam empat tahun terakhir.

Presiden Yudhoyono, kata Gamawan, menyebutkan masyarakat Minang telah menyikapi dan menatap globalisasi dengan kerja keras, percaya diri dengan tetap mempertahankan tata nilai "tungku tigo sajarangan".

Kepala Negara juga menilai peran ninik mamak (tokoh adat), alim ulama dan cadiak pandai (pejabat pemerintah) telah berperan sesuai fungsinya, sekaligus mengawali proses transformasi di Sumbar, tambahnya.

Pelaksanaan peran dan fungsi itu membuat hasil-hasil pembangunan merupakan bagian dari upaya membangun masyarakat Sumbar, katanya mengutip Presiden.

Gamawan menyebutkan, salah satu kunci keberhasilan pembangunan adalah ialah pengembangan ekonomi lokal di setiap daerah, guna membangun ekonomi domestik yang secara nasional.

Ekonomi domestik yang kuat, merupakan modal utama bangsa untuk lebih berjaya di tengah arus globalisasi, dan Sumbar telah berbuat untuk itu, tambahnya.

Salah satu upaya dilakukan Sumbar untuk menguatkan ekonomi domestik adalah di bidang perkebunan dengan menggalakan berbagai produk tanaman unggulan ekspor.

Tanaman itu adalah kakao, casiavera (kulit manis), kopi dan komoniti kebun rakyat lainnya, demikian Gamawan Fauzi.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009