Surabaya (ANTARA News) - Pengusaha makanan minuman saat ini terlihat memborong gula lokal, karena tingginya harga gula dunia yang menembus rekor tertinggi dalam kurun waktu 60 tahun terakhir.

"Aksi borong komoditas gula lokal oleh pengusaha makanan minuman dan sektor industri rafinasi saat ini, memberi sumbangan besar terhadap melambungnya harga gula di pasar lokal," kata Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Arum Sabil, di Surabaya, Kamis.

Sejak Indonesia merdeka, jelas dia, kini pertama kalinya harga gula dunia melebihi 550 dolar Amerika Serikat per ton "Free on Board" (harga di negara asal, belum termasuk biaya pengapalan dan lainnya).

"Akibat melambungnya harga gula internasional, para pengusaha industri makanan minuman dan rafinasi lokal yang biasanya impor, sekarang lebih memilih mengonsumsi gula lokal," katanya.

Terakhir, sebut dia, harga gula dunia tertinggi pernah terjadi pada tahun 1940. Saat itu harga komoditas tersebut mencapai 560 dolar AS/ton "FOB".

"Dengan terjadinya peralihan konsumsi ke gula lokal oleh para pelaku industri, hal itu kian mengubah konstelasi konsumen gula lokal selama ini," katanya.

Bahkan, kata dia, secara otomatis jumlah konsumen gula lokal bertambah signifikan dan kian tidak seimbang dengan produksi gula lokal.

"Ketidak seimbangan tersebut merupakan indikator utama meningkatnya harga gula lokal seiring tren harga gula dunia," katanya.

Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Gula dan Terigu Indonesia (Apegti), Natsir Mansyur, meyakini, hingga akhir tahun ini harga gula dalam negeri belum akan kembali ke level normal. Selain terimbas faktor tingginya harga gula dunia, penyebab lainnya karena sebagian gula telah dikuasai oleh pedagang besar.

"Estimasinya, ada lebih dari 300.000 ton gula saat ini di tangan pengusaha besar yang kerap disebut `delapan samurai`. Namun, risikonya ada tidaknya pasokan gula di pasaran berada di tangan mereka," katanya.

Penguasaan gula tersebut, tambah dia, berawal dari upaya penjualan ijon yang dilakukan para produsen gula beberapa waktu lalu. "Kemungkinan terjadi pada bulan April lalu. Saat itu, mereka melakukannya dengan alasan `cash flow`," katanya.

Dengan sistem ijon, lanjut dia, pelaku usaha tersebut berhasil membeli gula dari produsen dengan harga Rp6.000,00 per kg.

"Akan tetapi, melihat tingginya harga gula sekarang disinyalir ada sejumlah pihak dari pengusaha tersebut yang ingin mencari untung," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009