Palangkaraya (ANTARA News) - Mantan Deputi Senior Gubernur BI, Miranda Gultom sependapat bila Kalimantan Tengah (Kalteng) membangun jaringan rel kereta api (KA) karena hal itu mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah itu.

Penilaian itu diutarakan Miranda Gultom setelah mendengar pemaparan Gubernur Kalteng, Teras Narang terhadap rencana pembangunan rel ka, di wilayah Kalteng, saat dialog mengenai ekonomi di Palangkaraya, Kamis malam.

Gubernur Teras Narang menjelaskan Kalteng membangun rel ka secara bertahap, pertama 380 kilometer dan tahap kedua 380 km lagi, lalu tahap berikutnya lebih panjang lagi, guna mendukung pemanfaatan sumber daya alam bagi pertumbuhan ekonomi seperti batubara, biji besi, dan hasil alam lainnya.

Menurut Miranda Gultom yang dikenal sebagai ahli ekonomi dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, membangun jaringan rel ka jangan dilihat sekarang tetapi lihat perkembangan ekonomi di masa mendatang.

Sebab katanya, selama ini terdapat pandangan yang salah, membangun jalan atau rel ka setelah adanya kegiatan ekonomi di suatu wilayah.

Seharusnya sebelum adanya kegiatan ekonomi, dibangun infrastruktur duluan sehingga lebih cepat memancing egiatan ekonomi ke wilayah tersebut.

Ia mencontohkan negara Cina, setelah melakukan reformasi sistem perekonomiannya lalu membangun jaringan jalan dan jembatan serta jaringan rel ka secara besar-besaran.

Ternyata tindakan Cina membangun infrastruktur demikian membuahkan hasil, kini perkembangan ekonomi negara tersebut begitu cepat, bahkan di saat krisis keuangan global setelah ekonomi Amerika Serikat runtuh, salah satu negara tidak terlalu kena dampak adalah Cina.

Melihat kenyataan tersebut maka wajarlah bila Kalteng yang masih membangun ini lebih duluan menyediakan jalan dan rel KA duluan.

"Cobalah bangun rel ka antara Kabupaten Murung Raya dengan Lamandau, mungkin kedua wilayah itu jarang penduduknya, tetapi kalau rel tersedia yakin akan rame di sana," kata Miranda Gultom seraya menunjuk sebuah peta Kalteng yang terletak tak jauh dari ia berbicara.

Menyinggung krisis global sekarang ini ia menyebutkan suatu yang tak pernah terjadi sebelumnya, karena setelah ekonomi Amerika Serikat runtuh secara otomatis meruntuhkan pula ekonomi hampir di seluruh negara di dunia.

Perkembangan ekonomi dunia setelah ekonomi Amerika Serikat runtuh menurun begitu cepat, secepat larinya seekor kijang, hingga banyak negara menderita.

Amerika Serikat merupakan negara penerima dagangan hampir seluruh negara di dunia, di kala negara adidaya itu "sakit" maka seluruh negara menerima dampaknya.

Tiga negara di Asia yang tidak terlalu menerima dampak dari krisis Amerika Serikat tersebut hanyalah, Cina, India, termasuk Indonesia, demikian Miranda Gultom yang meraih gelar Master in Political Economy di Boston University , USA itu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009