Washington (ANTARA News) - Perang Pakistan melawan ekstremisme akan lebih baik seandainya saja Amerika Serikat telah menanam modal lebih besar di sekolah dan pada anak perempuan negeri itu dan bukan hanya pada sektor militernya, kata Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton seperti dikutip AFP.

Amerka Serikat telah memompakan lebih dari tujuh miliar dolar AS ke dalam militer Pakistan sejak serangan 11 September 2001, yang mengubah bangsa tersebut dari pendukung Taliban jadi sekutu AS di garis depan.

Dalam  wawancara dengan The New York Time Magazine, yang direncanakan terbit Ahad, Hillary mengatakan ia telah mengatakan kepada mantan pemimpin militer Pakistan Pervez Musharraf bahwa lebih banyak uang mesti disalurkan ke sektor pendidikan.

Hillary mengenang satu kunjungan ke satu desa Pakistan, tempat banyak keluarga ragu pada anak-anak --terutama anak perempuan-- karena anak-anak tersebut harus menempuh perjalanan jauh ke sekolah terdekat.

"Ketika saya berpikir mengenai orang Pakistan yang sangat berprestasi dalam berbagai profesi, dalam bidang obat-obatan, dalam bidang pendidikan, saya kira tentu saja masalahnya ialah kalau saja Pakistan telah menanam modal lebih banyak di sektor pendidikan anak-anak sehingga keluarga miskin tak perlu mengirim putra mereka jauh-jauh untuk dididik oleh kaum ekstrem, barangkali itu dapat membuat perbedaan besar," kata Hillary.

"Dan itu masih dapat dilakukan, karena itu adalah bagian dari pendekatan kami sekarang," katanya.

Para anggota parlemen AS telah memberi suara untuk menyediakan 7,5 miliar dolar AS buat Pakistan selama lima tahun ke depan --kebanyakan guna mendukung pembangunan sosial termasuk membangun sekolah.

Pemerintah Presiden AS Barack Obama telah menjadikan perang melawan kelompok Muslim garis keras di Pakistan dan tetangganya, Afghanistan, sebagai prioritas utama kebijakannya.

Pada Jumat, pasukan keamanan Pakistan menewaskan sedikitnya 12 gerilyawan di daerah suku yang bergolak di dekat perbatasan Afghanistan, kata paramiliter Korps Perbatasan.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009