Jakarta (ANTARA News) - Satu-satunya lampu lalu-lintas yang masih berfungsi di Baghdad dan diapit oleh tembok bekas ledakan, bunker seta kabel, berdiri tegak sebagai "satu-satunya prajurit" untuk memulihkan ketenangan di kota yang telah lama dirundung kekacauan tersebut.

Lampu tenaga surya itu, yang beroperasi sejak Mei, di Damascus Square di Baghdad adalah yang pertama sejak serbuan pimpinan AS 2003, yang menggulingkan presiden Saddam Hussein dan membuka pintu setelah bertahun-tahun aksi perlawanan dan pertumpahan darah.

Lampu lalu-lintas itu adalah bagian dari upaya untuk memulihkan kehidupan normal di Irak, tempat kerusuhan telah merosot dari puncaknya yang paling berdarah beberapa tahun lalu, tapi tetap terjadi setiap hari --sebagaimana dibuktikan oleh pemboman mematikan Rabu (19/8).

"Yang membuat kami prihatin adalah serangan teror, orang meninggalkan bom mobil dan benda semacam itu, bukan tabrakan mobil," kata seorang personil polisi lalu-lintas yang hanya menyebutkan namanya sebagai Hussein di lapangan tersebut, sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Pekerjaan memasang lampu itu di luar pintu masuk "Zona Hijau", daerah kedutaan besar dan kantor pemerintah yang dijaga ketat dan sebelumnya berfungsi sebagai pusat pendudukan Amerika, berada di bawah sengatan Mahahari, berbahaya dan berat.

Satu truk derek tetap berada di persimpangan untuk mengangkat rongsokan mobil, muatan yang bertumpuk di luar stasiun polisi di dekatnya.

Pengemudi kendaraan --sejumlah mobil tua buatan Jepang yang tertutup debu, mobil bak terbuka, Humvee dan rombongan menteri dengan kaca jendela berwarna hitam-- dongkol terhadap setiap upaya melakukan pengendalian.

Namun ada kemenangan kecil, kata polisi lalu-lintas Ali Saad.

"Para menteri dan personil militer berhenti jika mereka datang di dalam satu mobil," katanya. "Namun mereka tak melakukannya jika mereka berombongan."

Kepatuhan pada lampu yang menyala adalah langkah besar bagi Baghdad, tempat jumlah kendaraan telah bertambah dari sebanyak 250.000 jadi satu juta sejak serbuan pimpinan AS --dan tak ada surat izin baru yang dikeluarkan buat semua kendaraan tersebut.

Segera setelah serbuan, satu peraturan yang kekal mengenai jalanan ialah kendaraan tak boleh menyimpang terlalu dekat dengan rombongan tentara asing atau kontraktor keamanan, jika anda tidak mau ditembak.

Meskipun tentara Amerika ditarik dari tengah kota pada 30 Juni, dan menyerahkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak, penghalang beton dan pos pemeriksaan dengan tujuan menghentikan pemboman mobil dan pria bersenjata masih menjadi metode utama pengendalian lalu-lintas.

Jaringan lampu lalu-lintas yang sangat besar dan pernah ada di Baghdad hilang sebagai akibat kekacau penggulingan Saddam, kata Brigadir Polisi Ammar Waleed al-Khayat, yang setiap hari menyampaikan laporan mengenai lalu-lintas melalui televisi.

"Setiap lampu lalu-lintas rusak, baik karena peralatannya dicuri maupun lampunya dipindahkan," kata al-Khayat.

Kota tersebut pada 2008 memasang sejumlah lampu baru yang menerima pasokan listrik secara tradisional, katanya. Tetapi jika seseorang duduk di markas polisi lalu-lintas di dekat Departemen Dalam Negeri di Baghdad, ia segera mengetahui mengapa semua lampu itu tak berfungsi.

Pada siang hari, lampu neon di kantor tersebut menyala, berkat pasokan listrik selama tiga jam sehari di kota itu, dan kemudian tiba-tiba listrik padam.

"Bagaimana kami dapat mengoperasikan lampu lalu-lintas dengan listrik seperti itu?" al-Khayat mempertanyakan.

Di Damascus Square, konsensusnya ialah keadaan lebih aman dibandingkan beberapa tahun belakangan, ketika aksi perlawanan dan pertempuran sektarian membuat kota tersebut kehabisan polisi lalu-lintas.

Tetapi persaan aman semacam itu relatif. Satu bom truk yang sangat kuat merenggut banyak nyawa dan meninggalkan puing di luar Departemen Luar Negeri hanya beberapa ratusan meter dari tempat itu pada Rabu, salah satu rangkaian serangan di ibukota Irak yang menewaskan hampir 100 orang.

Pemasangan bom itu barangkali jadi mungkin dilakukan oleh upaya lain untuk memulihkan kehidupan rutin di jalanan --penghilangan pos pemeriksaan tembok bekas ledakan di luar kementerian tersebut.

Seorang pejabat intelijen, yang berpakaian seragam polisi lalu-lintas, mengatakan baru bulan Juli dua personil tewas di persimpangan jalan, setelah memburu beberapa pria bersenjata yang memakai lencana palsu polisi lalu-lintas.

Ketika ditanya apakah pembunuhan semacam itu membuat dia takut, petugas intelijen tersebut mengatakan ia hanya malu.

Polisi lalu-lintas Hussein juga mengatakan ia merasa lebih aman dalam beberapa tahun belakangan. Selama masa kerusuhan paling buruk pada 2006, komandannya terbunuh dan banyak rekannya berdiam di rumah, karena takut dibunuh.

"Sebelumnya kami harus mengenakan pakaian lapis baja dan membawa senjata, bukan pistol. Dan siaga," katanya. Situasinya lebih baik sekarang. Yang penting ialah saya mengabdi buat negara".

Mohammed Abbas, pegawai negeri yang berusia 32 tahun dari wilayah berpengaruh Baghdad utara, mengatakan lampu lalu-lintas adalah bagian dari peningkatan umum di jalan yang telah menghadapi berkurangnya kerusuhan dan penarikan tentara AS.

"Pasukan Irak lebih baik daripada tentara Amerika. Tentara Amerika dapat menembak anda tanpa alasan. Saya telah mendengar banyak orang tewas karena mereka berkendaraan agak dekat dengan patroli Amerika," kata Abbas.

"Saya ingat suatu hari pada 2004, saya sedang membawa anak-anak saya ke sekolah dan saya melewati jalan sempit di samping tembok bekas ledakan.

"Saya melihat satu tank Amerika di depan saya, mengambil arah keliru menuruni jalan. Mereka tak memberi saya kesempatan lewat dan mereka melindas saya, menghancurkan bagian depan mobil dan bagian kiri kendaraan saya."

"Anda tak dapat membayangkan bagaimana mengerikannya keadaan bersama anak-anak di dalam mobil. Sungguh mengerikan, anak-anak menangis dan tentara Amerika itu tak peduli," kata Abbas.

"Saya kira lampu lalu-lintas baru bukanlah tanda perdamaian, tapi semua itu adalah tanda ketentraman," kata Abbas.(*)

Oleh
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009