Padang (ANTARA News) - PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat (Sumbar) mengaku kewalahan untuk mencukupi kebutuhan listrik pelanggan di provinsi tersebut, karena adanya gangguan operasional di sejumlah pembangkit.

"Kita akui, kalau PLN sedikit kewalahan dalam mencukupi suplai arus listrik ke pelanggan," kata Manager Operasinal Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Sumatera PT PLN (Persero) Wilayah Sumbar, Hariyadi, di Padang, Senin.

Menurut dia, penyebab dari kewalahan tersebut dikarenakan kondisi tiga pembangkit listrik yang ada, seperti PLTA Maninjau, Singkarak, dan Koto Panjang tidak dapat beroperasi penuh. "Rata-rata sumber air masih dalam kondisi kritis (elevasi debit air rendah) untuk menggerakkan turbin, alhasil pemadaman bergilir tidak dapat terelakkan," katanya.

Khusus sepanjang bulan Ramadan, PLN berupaya seoptimal mungkin untuk mencukupi kebutuhan listrik pada saat sahur, berbuka dan waktu sholat taraweh sekitar pukul 19.00-22.00 WIB.

"Sedangkan di lain (di luar) waktu tersebut, kita tidak mungkin mengupayakannya, dan pastinya bakal ada pemadaman bergilir," katanya.

PLN Sumbar juga tidak dapat memastikan kapan berakhirnya pemadaman bergilir dialami oleh pelanggan.

"Kita tidak dapat menjamin kapan berakhirnya pemadaman bergilir di Sumbar, bisa saja sampai bulan Oktober, dikarenakan PLN masih mengalami defisit daya sekitar 199 Mega Watt, terutama saat beban puncak pemakaian pukul 18.00-04.00 WIB," tambah Manager Umum Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Sumatera PT PLN (Persero) Wilayah Sumbar, Syahrul.

Dia mengatakan, dari data pihak PB3 Sumatera, defisit listrik waktu beban puncak terjadi di wilayah Sumatera bagian tengah, meliputi Provinsi Sumbar, Riau, dan Jambi.

Rinciannya, Sumbar menanggung beban 100,4 Mega Watt (MW), Riau 63,5 MW dan Jambi 36,1 MW. Sedang di luar waktu beban puncak defisit sekitar 80 MW, mengakibatkan pengurangan arus energi listrik di Sumbar mencapai 40,2 MW, Riau 25,4 MW dan Jambi 14,5 MW.

"Satu-satunya yang diharapkan adalah seringnya turun hujan, terutama di wilayah berdirinya tiga pembangkit utama tadi," katanya.

Sebaliknya, kalau hujan tidak turun-turun (kemarau panjang), defisit diperkirakan kian bertambah.

Debit PLTA Singkarak, saat ini adalah 361,61 meter di atas permukaan laut (Mdpl), padahal batas normal idealnya 364 Mdpl, sedang PLTA Maninjau 462,73 Mdpl, kondisi normalnya 464 Mdpl.

"Rata - rata pengurangan dari batas normal berkisar 2-3 Mdpl," katanya.

Imbas dari pengurangan tadi, otomatis mempengaruhi kemampuan pasokan daya listrik ke seluruh wilayah Sumatera bagian tengah, terutama Sumbar.

PLN wilayah Sumbar juga sudah mengupayakan berbagai langkah untuk meningkatkan elevasi air danau akibat musim kemarau, seperti menciptakan hujan buatan lokal dengan penggunaan Teknik Modifikasi Cuaca (TMC). "Cuma, upaya tadi belum membuahkan hasil maksimal," kata Syahrul.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009