Washington,(ANTARA News) - Para interogator di penjara rahasia CIA mengancam akan membunuh anak-anak tersangka otak pemboman 11 September di Amerika Serikat, Khalid Sheikh Mohammed, dan akan memperkosa ibu seorang tahanan lain, demikian isi dokumen dinas intelijen AS.

Pengungkapan paling akhir tersebut terjadi dengan disiarkannya dokumen CIA itu yang disensor ketat dan memperlihatkan para interogator menggunakan bentuk intimidasi itu dan bentuk lain untuk mengorek keterangan dari orang yang disangka sebagai anggota Al-Qaida yang ditahan, demikian dikutip dari AFP.

Para interogator "mengatakan kepada Mohammed bahwa jika ada peristiwa lain di Amerika Serikat, kami akan membunuh anak-anakmu", demikian isi dokumen resmi CIA yang disiarkan oleh Departemen Kehakiman.

Mohammed, tersangka otak serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat, ditahan di penjara rahasia CIA sampai 2006, sebelum kedatangannya di pusat tahanan AS di Teluk Guantanamo, Kuba.

Para interogator berusaha menggiring Abd Ar-Rahim An-Nashiri, tersangka pembom USS Cole, agar percaya bahwa perempuan anggota keluarganya akan mengalami pelecehan seksual di depan matanya kalau ia tak memberi keterangan mengenai serangan teror yang direncanakan akan dilakukan.

"Kami dapat membawa ibumu ke sini," kata seorang interogator kepada An-nashiri sebagaimana dikutip, dengan memanfaatkan kekhawatiran luas di kalangan masyarakat Timur Tengah bahwa pelecehan seksual terhadap perempuan anggota keluarga adalah teknik yang biasa digunakan untuk mengorek keterangan dari seorang tahanan. "Kami dapat membawa keluargaimu ke sini."

Dokumen tersebut, yang disiarkan oleh inspektur jenderal CIA, Senin, tampaknya memperlihatkan bahwa sebagian interogator menggunakan teknik yang tidak sah, dengan menggunakan taktik yang dicap oleh para pengeritik sebagai penyiksaan.

An-Nashiri, yang ditangkap pada November 2002 dan ditahan selama empat tahun di salah satu penjara rahasia CIA, akhirnya menjadi objek penyiksaan dengan menyiramkan air, yaitu membuat seseorang nyaris tewas terbenam air yang dipandang sebagai penyiksaan.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009