Washington (ANTARA News/AFP) - Rebiya Kadeer, pemimpin minoritas Uighur China di pengasingan, pada Senin mengatakan dia menerima laporan bahwa hampir 200 warga Uighur disiksa sampai mati di dalam penjara.

Tuduhan-tuduhan itu muncul saat perang kata-kata kian meningkat antara Beijing dan mantan wanita pengusaha berumur 62 tahun itu.

China telah menuduh Rebiya menghasut kerusuhan di provinsi Xinjiang, di bagian baratlaut China, baru-baru ini, namun tudingan tersebut dibantahnya.

Rebiya, yang kini tinggal di daerah Washington, mengatakan dia menerima sebuah faksimili dari seorang polisi Uighur yang melarikan diri ke dekat Kyrgyzstan, dan memberikan laporan seram satu penjara di kota selatan Urumqi, yang disebut Urumbay.

Polisi mengatakan bahwa 196 warga Uighur telah ditahan di daerah yang diawasi ketat dan `disiksa serta dibunuh` di dalam penjara, kata Rebiya.

"Seorang di antara warga Uighur itu, bernama Erkin, menentang disiksa dan bunuh diri," ujarnya.

Rebiya, pemimpin Kongres Uighur Dunia itu mengatakan, pihaknya tak mungkin menyelidiki karena saluran telepon telah diputus.

"Saya yakin bahwa secepat itu berita ini disiarkan, China akan mengatakan bahwa hal itu tidak benar," katanya.

"Kami tak bisa membuktikan hal itu karena segala sesuatunya sudah diputus," ujarnya menambahkan.

Aksi kekerasan etnis terburuk di China selama beberapa dasa warsa itu pecah pada 5 Juli di Urumqi antara suku Han China dan suku Uighur, yang berbicara dalam bahasa Turki dan sebagian besar Muslim.

Sedikitnya 197 orang tewas, menurut perhitungan resmi.

China Senin mengatakan pihaknya akan mengadili lebih dari 200 orang karena aksi kekerasan itu. Berita-berita itu mengejek Rebiya.

"Pemerintah China telah memutuskan para pengacara yang akan `membela` orang-orang Uighur," katanya.

"Jika para pengacara itu tidak bertindak apapun seperti yang diharapkan pemerintah China kepada mereka, mereka juga akan menderita nasib yang sama seperti orang-orang yang diadili," ujarnya.

Ibu 11 anak ini berbicara dalam rekaman segmen jaringan kabel C-Span mengenai kenangannya, `Dragon Fighter` yang diterbitkan Mei.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009