London (ANTARA News/AFP) - Satu tentara Inggris tewas pada Selasa akibat luka dalam gerakan di Afghanistan, menjadikan 207 jumlah tentara Inggris tewas sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, kata Kementerian Pertahanan.

Tentara itu, dari Batalyon II Resimen Senapan, tewas sesudah luka akibat ledakan ketika berjalan kaki meronda di dekat Sangin di propinsi Helmand, Afghanistan selatan, pada 15 Agustus, kata pernyataan.

Ia meninggal di Sekolah Tinggi Kesehatan Pertahanan Selly Oak di Birmingham di Inggris barat tengah.

"Tentara baik Inggris ini memberi pengorbanan tertinggi dan kematiannya diratapi oleh Satuan Tugas," kata juru bicara Satuan Tugas Helmand, Letnan Kolonel Nick Richardson.

"Pikiran dan doa kami bersama keluarga, teman dan sahabatnya pada waktu sangat menyedihkan ini," kata Richardson.

Keluarganya sudah diberitahu dan rincian diberikan kemudian.

Kematian paling akhir tentara Inggris itu terjadi sesudah empat tentara Amerika Serikat tewas pada Selasa akibat ledakan bom, senjata terpilih Taliban, di bagian selatan negara itu, kata pejabat.

Jumlah tentara asing tewas di Afghanistan pada tahun ini melebihi dari seluruh korban pada 2008.

Kematian tentara Inggris meningkat tajam sejak awal Juli ketika pasukan negara itu bergabung dengan rekan Afgan mereka untuk melancarkan gerakan melawan pejuang Taliban di Helmand.

Lebih dari dua pertiga di antara rakyat Inggris berpikir bahwa tentara seharusnya tidak berperang di Afghanistan dan hanya 1,5 persen dari yang ditanyai berpikir bahwa Perdana Menteri Gordon Brown mengurus perang itu dengan "sangat baik".

Jajak pendapat atas 2.000 orang dewasa untuk "Mail" pada Minggu, dilakukan di Internet pada 20 dan 21 Agustus, menunjukkan bahwa tiga perempat di antara yang ditanya berpikir bahwa perang di Afghanistan tidak membuat rakyat Inggris lebih aman dari terorisme.

Itu tampak menggaris-bawahi inti alasan pemerintah untuk perang tersebut, dengan Brown dan menteri utama berulangkali dalam beberapa oekan belakangan menyatakan perang itu bagian dari usaha menjaga jalanan Inggris tetap aman dari serangan.

Inggris menempatkan sekitar 9.000 tentara di Afghanistan, kebanyakan dari mereka bertempur di selatan, tempat Taliban tetap kuat.

Juli dan Agustus merupakan dua bulan paling mematikan bagi Inggris sejak kemelut itu dimulai pada 2001, dengan lebih dari tiga lusin tentaranya tewas dalam tujuh pekan terkini.

Jumlah tentara tewas tercatat 207 orang, hampir 30 lebih dari yang tewas dalam lima tahun keterlibatan Inggris di Irak.

Saat ditanya tentang tentara Inggris sebaiknya berperang di Afghanistan, hanya 31 persen mengatakan ya, sedangkan kata 69 persen berkata tidak.

Ketika ditanya tentang cara Brown menangani perang itu, 1,5 persen menyatakan "sangat baik" dan 26 persen mengatakan "cukup baik".

Lebih mencemaskan bagi pemerintah, yang mati-matian membenarkan perang itu, 40 persen mengatakan "cukup buruk" dan 32 persen menyatakan "sangat buruk".

Pertambahan korban jiwa memicu pertikaian politik mengenai sumber daya bagi tentara di Afghanistan, sementara Brown dipaksa mempertahankan siasat Inggris setelah seruan bagi tambahan peralatan dan sepatu bagi tentara di lapangan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009