Kalau kondisi saat ini sudah banyak yang jalan. Kami juga optimistis bahwa para 'buyer' kan bukan ingin menganggur. Mereka tidak ingin usahanya terhenti,
Solo (ANTARA) - Sejumlah pengrajin mebel di Soloraya, Jawa Tengah,  mulai mengerjakan kembali pesanan pasar dari Amerika Serikat setelah tertunda karena kebijakan "lockdown" negara setempat.

"Kalau kondisi saat ini sudah banyak yang jalan. Kami juga optimistis bahwa para 'buyer' kan bukan ingin menganggur. Mereka tidak ingin usahanya terhenti," kata Kepala Bidang Pemasaran Komunitas Industri Mebel dan Kerajinan Soloraya (Kimkas) Irawan Mintorogo di Solo, Rabu.

Baca juga: Seniman Tulungagung manfaatkan limbah kaleng untuk mebeler

Ia mengatakan untuk saat ini jika dibandingkan dengan pasar Uni Eropa, di Amerika Serikat lebih dulu bergeliat.

"Memang kalau 'buyer' Amerika Serikat, dalam tanda kutip agak nakal. Mereka lebih berani meskipun kondisi masih seperti ini, beda dengan Eropa, lebih patuh," katanya.

Sebelumnya, dikatakannya, tepatnya di bulan Maret-April ada beberapa pesanan dari "buyer" yang harus ditahan sehingga belum dapat dikerjakan oleh para pengrajin.

"Tetapi kondisi saat ini sudah membaik meskipun belum kembali seperti semula. Kalau biasanya di Kimkas sendiri rata-rata setiap eksportir bisa mengirim 1-20 kontainer/bulan," katanya.

Baca juga: Kemenperin jaga pasar ekspor IKM furnitur dan kerajinan

Ia mengatakan untuk saat ini jumlah pengrajin yang menjadi anggota Kimkas sebanyak 40 orang dan 80 persen di antaranya merupakan eksportir.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Solo Yanti Rukmana mengatakan setelah vakum dua bulan tidak melakukan pengiriman ke Amerika Serikat, saat ini eksportir mebel di Kota Solo mulai diburu konsumen dari AS.

"Karena sudah dibuka kebijakan 'lockdown' di sana, mungkin juga ada subsidi dari pemerintahnya. Jadi mereka minta dikirim lebih banyak dari biasanya," katanya.

Meski tidak menyebutkan angka pasti, dikatakannya, kapasitas pengiriman belum 100 persen atau masih sekitar 50 persennya.

"Kami masih menyesuaikan permintaan. Meski sudah diberlakukan 'new normal' tetap masih membutuhkan waktu untuk kembali stabil seperti sebelum wabah," katanya.

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020