Mosul, Irak (ANTARA News/AFP) - Lima orang, termasuk seorang anak berusia dua tahun dan neneknya, tewas dalam serangan penembakan di kota bergolak Mosul, Irak utara, Minggu, kata polisi.

Anak perempuan dan neneknya itu tewas ketika sejumlah orang bersenjata tak dikenal menyerbu rumah mereka di Tanak di daerah barat kota tersebut.

Tiga anggota pasukan keamanan Irak -- dua polisi dan seorang prajurit -- juga tewas dalam serangan penembakan oleh orang-orang yang menggunakan mobil yang melaju ketika mereka menjaga pos pemeriksaan di Mosul pusat, kata seorang pejabat kepolisian.

Mosul terletak 370 kiometer sebelah utara Baghda dan tetap menjadi salah satu kota yang dilanda kekerasan paling parah di Irak meski daerah-daerah mengalami peningkatan keamanan dalam setahun terakhir ini.

Sementara itu, seorang perwira Irak mengatakan, Minggu, pasukan anti-teror menghancurkan 18 jaringan gerilya dan menangkap puluhan orang bulan lalu namun gagal mencegah serangan bom truk di Baghdad yang menewaskan 95 orang.

Mereka yang ditangkap mencakup anggota-anggota Negara Islam Irak, sebuah aliansi beberapa kelompok yang dipimpin oleh Al-Qaeda, serta para pengikut partai terlarang Baath, yang tetap setia pada almarhum diktator Saddam Hussein, kata perwira itu.

"Pasukan anti-teroris menghancurkan 18 jaringan di Irak," kata perwira tinggi itu, yang memakai penutup wajah warna hitam untuk menyembunyikan jati-dirinya karena alasan keamanan, kepada wartawan di Baghdad.

"Kami juga menangkap 66 teroris, orang-orang Arab dengan berbagai kewarganegaraan," katanya, dengan menambahkan bahwa orang-orang itu ditangkap di ibukota Irak, Baghdad, dan Mosul serta Diyala, daerah-daerah bergolak di Irak utara dan tengah.

Pejabat tersebut mengakui bahwa langkah-langkah untuk menumpas gerilyawan dan penangkapan itu dilakukan sebelum 19 Agustus, ketika dua serangan bom truk terhadap kantor-kantor kementerian pemerintah menewaskan 95 orang.

Sekitar 600 orang juga cedera dalam serangan bom di kementerian-kementerian keuangan dan luar negeri itu, hari terburuk kekerasan di Irak dalam 18 bulan.

Setelah pemboman itu, Irak menangkap 11 aparat keamanan senior dan mengakui bahwa kelalaian di pos-pos pemeriksaan telah membuat para penyerang bom itu bisa masuk ke jantung kota Bagdad.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.

Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.

Kekerasan di Irak mereda dalam 18 bulan terakhir, namun gerilyawan bisa bersembunyi di daerah-daerah pegunungan sekitar Mosul, 390 kilometer sebelah utara Baghdad, dan memanfaatkan perpecahan diantara orang-orang Arab dan Kurdi yang beselisih di kota itu.

Perselisihan di provinsi wilayah utara, Nineveh, yang beribukotakan Mosul, mengancam perpecahan di provinsi itu dan menimbulkan ketegangan yang bisa menciptakan ketidakstabilan jangka panjang di Irak.

Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.

Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertiga menjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawab atas keamanan di daerah-daerah perkotaan sejak invasi pimpinan AS pada 2003.

Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini, namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan 437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurun waktu 11 bulan.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.

Sejumlah serangan bom besar dilancarkan sejak itu, dan yang paling mematikan adalah serangan bom truk pada 20 Juni di dekat kota wilayah utara, Kirkuk, yang menewaskan 72 orang dan mencederai lebih dari 200 lain dalam serangan paling mematikan dalam 16 bulan.

Serangan bom pada 24 Juni di sebuah pasar di distrik Syiah Kota Sadr di Baghdad timurlaut juga merupakan salah satu yang paling mematikan pada tahun ini, yang menewaskan sedikitnya 62 orang dan mencederai sekitar 150.

Namun, Maliki dan para pejabat tinggi pemerintah menekankan bahwa 750.000 prajurit dan polisi Irak bisa membela negara dari serangan-serangan yang dituduhkan pada gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda dan kekuatan yang setia pada almarhum presiden terguling Saddam Hussein.

Hanya sejumlah kecil pasukan AS yang menjadi pelatih dan penasihat akan tetap berada di daerah-daerah perkotaan, dan sebagian besar pasukan Amerika di Irak, yang menurut Pentagon berjumlah 131.000, ditempatkan di penjuru lain.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009