Pamekasan (ANTARA News) - Kepolisian Sektor (Polsek) Kecamatan Proppo, Pamekasan, Madura, Jawa Timur kini menyelidiki tawuran antarwarga dari empat desa yakni Proppo, Jembringan, Polagan, dan Tattango.

"Kami saat ini masih akan melakukan penyelidikan kasus tawuran antarwarga di wilayah itu guna mencari siapa pelaku pemukulan Sumiati yang telah menyebabkan yang bersangkutan menderita luka memar itu," kata Kapolsek Proppo, AKP Sarpan, di Pamekasan, Minggu malam.

Hingga Minggu malam, situasi di Desa Proppo, Kecamatan Proppo, Pamekasan masih mencekam, sebab kedua belah pihak mengaku tidak terima dengan adanya penyerbuan dari kelompok Sukandar yang diduga sebagai dalang terjadinya aksi tawuran tersebut.

"Peristiwa tawur empat desa di Proppo itu berawal dari balapan liar oleh kalangan anak muda di wilayah kecamatan Proppo," tutur Sumiati, di Mapolsek Proppo, salah seorang korban pemukulan warga dalam aksi tawuran ratusan warga.

Aksi tawuran warga dari empat desa itu terjadi menjelang berbuka puasa. Saat itu, sekitar 300 orang dari tiga desa datang ke rumahnya dan hendak memukul anaknya, Syaiful yang saat itu sedang duduk-duduk santai di rumahnya.

Mereka datang dengan serentak dan membawa berbagai jenis pentungan, bahkan ada juga yang membawa bambu runcing.

"Saya menjadi korban pemukulan ini saat hendak mencegah warga yang hendak memukul anak saya, Syaiful," katanya.

Tiba-tiba seseorang yang tidak ia kenal mengarahkan pukulan sejenis kayu kepada dirinya dan mengenai betis kanannya.

Akibatnya, betis Sumiati menderita luka memar. Demikian juga sejumlah familinya yang saat ini hendak menghalau aksi yang dilakukan warga dari tiga desa itu.

Menurut anaknya, Syaiful, kedatangan warga dari tiga desa itu ke rumahnya karena dirinya memang sempat bermasalah dengan warga Desa Jamberingan (5/9).

Saat ini ada sekelompok pemuda yang lewat di depannya sambil mengejek dirinya.

Perkelahian antara Syaiful dengan pemuda asal Desa Jambringin itu tidak terhindari. "Mungkin karena tidak terima mereka kalah waktu itu lalu mereka mengundang faliminya ngeluruk ke rumah dan mau membunuh saya," katanya.

Aksi tawur antara keluarga Syaiful yang didukung oleh tetangganya di Desa Proppo itu terjadi menjelang berbuka puasa itu sebelumnya tanpa sepengetahuan polisi.

Menurut dia, polisi baru tiba di lokasi setelah ibu dan bibinya babak belur menjadi korban bulan-bulanan massa, sementara ia sengaja menghindar, karena kekuatan warga dari tiga desa itu dengan warga Desa Proppo tidak imbang. (*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009