Singkawang (ANTARA News) - Bagi masyarakat Muslim di pesisir Kalimantan Barat, memberi uang kepada tamu yang hadir pada saat Lebaran, atau disebut "nanggok", menjadi hal yang lumrah.

Di balik tradisi memberi sedekah tersebut, ada makna religius yang terkandung di dalamnya.

Dr Zainuddin Isman M Phil, doktor bidang antropologi dan sosiologi saat dihubungi, Selasa, mengatakan, tradisi tersebut diperkirakan sudah ada seiring masuknya Islam ke Kalbar.

"Sekitar abad ke 14 atau 15, sudah ada," kata dia.Menurut Zainuddin Isman, nanggok erat kaitannya dengan penyebaran agama Islam. Ia menambahkan, ada dua fenomena terkait dengan nanggok.

Pertama, kata dia, secara ritual, ada keyakinan bagi umat Muslim bahwa akan lebih baik menyumbangkan harta atau bersedekah pada bulan puasa.

"Yang kedua, nanggok sudah dilakukan sejak turun temurun. Jadi, memang sudah tradisi," kata Zainuddin Isman.

Uang yang diberikan tidak besar nilainya, yakni berkisar seribu rupiah sampai dua ribu rupiah.

Selain itu, nanggok hanya ditemukan di kalangan masyarakat pesisir sungai atau pantai di Kalbar.

"Umumnya uang diberikan ke siapapun yang datang ke rumah, tua muda miskin kaya. Pada malam takbiran dan hari pertama Lebaran," kata dia.

Sementara di pedalaman yang jauh dari sungai besar, tradisi nanggok tidak ditemukan meski ada komunitas Muslim di daerah itu. Pemberian itu dianggap bukan mengemis.

"Ada keyakinan, semakin banyak memberi, semakin bagus," kata Zainuddin Isman.

Ia mengatakan, mula-mula hanya orang tertentu yang memberikan uang, namun lambat laun terus menyebar ke berbagai kalangan.

Zainuddin mengatakan, nanggok berbeda dengan angpao atau pemberian uang ke tamu menggunakan amplop warna merah di kalangan masyarakat Tionghoa saat hari raya.

"Kalau angpao hanya pada kalangan keluarga, nanggok skalanya lebih luas," katanya.

Ia menambahkan, nanggok juga tidak berkaitan dengan tingkat sosial seseorang.

Lebih lanjut ia mengatakan, tradisi serupa dengan nanggok juga terlihat di Kalimantan Selatan.

"Mungkin ada kaitan dalam penyebaran Islam antarkedua daerah," kata Zainuddin Isman. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009