London (ANTARA News/AFP) - Panglima utama pemimpin tentara Inggris di Afghanistan mundur, kata pejabat memastikan pada Kamis tengah malam, setelah dilaporkan bentrok dengan pemerintah Perdana Menteri Gordon Brown tentang perang itu.

Mayor Jenderal Andrew Mackay, perwira berbintang kehormatan dan pemimpin tentara Inggris di Afghanistan selatan pada 2007 dan 2008, mundur, kata Kementerian Pertahanan.

"Kami memastikan bahwa Mayor Jenderal Andrew Mackay memutuskan meninggalkan tentara. Ini persoalan pribadi baginya," kata juru bicara pada Kamis tengah malam.

Koran melaporkan Mackay sangat keberatan atas perlakuan pemerintah terhadap tentara Inggris, yang menderita lonjakan jumlah korban dalam memerangi perlawanan pejuang Taliban, yang kian berdarah.

Mackay pada masa lalu mengungkapkan kekecewaannya atas kekurangan kebijakan dalam kemelut itu dan kegagalan mencoba merebut hati penduduk Afganistan di bagian selatan negara terkoyak perang itu, tempat tentara bertempur, kata "Independen" pada Jumat.

Ia mengirim catatan ke London berisi daftar masalah gawat pada perlengkapan tentara, kata koran tersebut.

Jenderal itu juga mengecam pengubahan bangun di tentara di Skotlandia, yang dipercayanya akan merusak masa depan keberhasilan tempur.

Mackay baru-baru ini diangkat menjadi panglima tentara di Skotlandia, utara Inggris dan Irlandia Utara.

Mackay memimpin tentara merebut kembali kota penting Musa Qaleh pada 2007 dari Taliban, yang membuatnya dihadiahi CBE, bintang jasa kerajaan Inggris.

Brown dipaksa membela siasat pemerintah di Afganistan pada beberapa bulan belakangan, di antara peningkatan kematian tentara Inggris, yang memicu perbantahan tentang kelengkapan memadai tentara.

Inggris menempatkan sekitar 9.000 tentara di Afghanistan sebagai bagian dari gabungan antarbangsa, kebanyakan dari mereka ditempatkan di Helmand, propinsi bergolak di selatan.

Sejumlah 217 tentara Inggris tewas dalam perang sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001.

Banyak kematian tentara Inggris itu akibat bom jalanan.

Sebagian besar dari rakyat Inggris percaya bahwa tentara seharusnya tidak pernah dikirim ke Afghanistan, kata jajak pendapat baru pada dua pekan lalu.

Meskipun menentang gerakan itu, sebagian besar menyatakan akan mendukung bila anak mereka memutuskan masuk tentara.

Dalam jajak pendapat atas 2.000 orang untuk Museum Tentara Inggris, 53 persen tidak setuju dengan penempatan di Afghanistan, sementara hanya 25 persen berpikir bahwa itu gagasan baik.

Jajak pendapat lewat telepon itu dilakukan ICM Research pada 21-23 Agustus, pada ahir musim panas berdarah, saat 44 tentara Inggris tewas di Afghanistan antara Juni hingga Agustus.

Jajak pendapat tersebut bahkan menunjukkan lebih banyak petanggap, 60 persen, menyatakan tidak setuju dengan pengiriman tentara Inggris ke Irak.

Hanya 20 persen mengatakan setuju dengan penugasan itu, yang secara resmi berakhir pada Juli tahun ini.

Tapi, saat ditanya bagaimana mereka menanggapi keinginan anak mereka bergabung dengan tentara, 64 persen mengatakan akan mendukung, dibandingkan dengan 32 persen yang menyatakan akan mencoba menghalanginya.

Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009