Jerusalem (ANTARA News) - Polisi Israel, Ahad, membubarkan baku-hantam antara orang Yahudi dengan Muslim di kompleks Masjid Al-Aqsha, Jerusalem timur, tempat bergolak di Kota Tua tempat suci ketiga agama langit.

Bentrokan tersebut meletus setelah sekelompok orang Yahudi pergi untuk beribadah di tempat yang dikenal oleh umat Muslim sebagai Al-Haram Asy-Syarif (Tempat Suci) dan oleh kaum Yahudi sebagai Temple Mount (dan oleh umat Kristiani dirujuk sebagai Bukit Knisah), kata polisi.

"Sekelompok jamaah Yahudi yang datang untuk beribadah di Temple Mount "diserang" oleh sebanyak 150 orang Muslim yang melemparkan batu ke arah mereka dan kami turun-tangan untuk memisahkan kedua pihak tersebut," kata juru bicara polisi Micky Rosenfeld seperti dilaporkan AFP.

"Dua personil polisi cedera dan ketenangan telah pulih," katanya.

Polisi Israel memblokir kompleks tersebut, sementara suara dari pengeras suara di masjid di Kota Tua itu menyeru rakyat agar berkumpul di tempat itu, tempat paling suci dalam agama Yahudi dan tempat suci ketiga umat Muslim, dan juga telah menjadi tempat bentrokan antara orang Israel dan Palestina.

Bentrokan tersebut meletus, sewaktu Israel bersiap melakukan penutupan bagi Yom Kippur, Hari Penebusan Dosa, hari paling suci dalam kalender Yahudi ketika negeri itu mengheningkan cipta dan menutup negeri tersebut dari dunia luar. Bandar udara dan tempat penyeberangan perbatasan ditutup.

Israel merebut Kota Tua Jerusalem dari Jordania selama Perang Enam Hari 1967 dan belakangan mencaploknya bersama dengan bagian lain Jerusalem Timur, yang kebanyakan warganya adalah orang Arab, dalam tindakan yang tak diakui oleh masyarakat internasional.

Pembicaraan perdamaian antara Israel dan Palestina telah macet dan proses tersebut kian sulit dilaksanakan lagi setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melanjutkan kegiatan permukiman Yahudi.

Netanyahu telah menolak pembekuan total semua pembangunan permukiman Yahudi di wilayah Tepi Barat, yang diduduki dan Jerusalem Timur sebelum pembicaraan baru perdamaian, dan berkeras mengenai perlunya jaminan "hidup normal" di permukiman yang menjadi tempat tinggi 500.000 orang Yahudi.

Sementara itu Presiden Palestina Mahmoud Abbas menuntut penghentian semua kegiatan permukiman sebelum pembicaraan perdamaian dilanjutkan. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009