London, (ANTARA News) - Harga minyak menguat di atas 67 dolar AS per barel Senin, merevisi penurunan sebelumnya karena para pedagang memperlihatkan isyarat mereka dari bursa Wall Street yang "rebound" dan di tengah keprihatinan geopolitik seputar produsen utama Iran, kata para analis.

Kontrak berjangka utama New York untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman November naik 1,03 dolar menjadi 67,05 dolar per barel. Sementara minyak mentah Laut Utara Brent juga pengiriman November naik 74 sen ke posisi 65,85 dolar per barel, sebagaimana dikutip dari AFP.

Saham-saham Wall Street kembali menguat Senin setelah melemah pekan lalu, didorong oleh merger dan aktivitas akuisisi.

Xerox Corp. mengatakan perusahaan itu akan memperoleh dari Affiliated Computer Services sekitar 6,4 miliar dolar, sementara Abbott Laboratories mengatakan pihaknya akan membeli unit pharmasi Solvay yang berbasis di Belgia sekitar 6,6 miliar dolar.

Sementara saham Dow Jones Industrial Average New York mengalami penurunan 1,35 persen pada pukul 1530 GMT ke posisi 9.795,86.

Pasar juga mendapat dukungan dari kepanikan seputar langkah yang dilakukan Iran, yang memproduksi sekitar 3,8 juta barel minyak mentah per hari dan eksportir minyak terbesar ke tiga dunia setelah Rusia dan Arab Saudi.

Iran Senin melakukan percobaan penembakan rudal jarak jauh yang dikatakan dapat mencapai target di Israel.

Washington dan sekutu regional Israel tidak mengabaikan pilihan militer untuk menghentikan program nuklir Teheran, yang dikatakan oleh Barat hal itu dimaksudkan untuk pembuatan senjata nuklir, sementara Iran sendiri mengatakan hal itu semata-mata untuk tujuan damai.

Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB -- Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris dan Perancis -- plus Jerman melakukan pertemuan di Jenewa pekan lalu untuk membahas program atom Teheran yang dipersengketakan.

Pada awal perdagangan Senin, harga minyak melemah di tengah kekhawatairan permintaan energi di Amerika Serikat, yang merupakan negara konsumen minyak terbesar dunia.(*)

 

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009