Jakarta (ANTARA News) - Induk Koperasi Unit Desa (Inkud) memasuki bisnis minyak jarak dengan menggandeng BUMN dari Taiwan untuk penanaman komoditas tersebut di lahan seluas 100 ribu hektare di Kalimantan Timur.

Ketua Umum Inkud Herman Wutun kepada pers usai pembukaan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Inkud di Jakarta, Jumat, mengatakan, untuk tahap awal, pihaknya bersama mitra bisnis telah melakukan pembibitan di lahan seluas 50 hektare yang dikelola secara profesional untuk menjadi bisnis model.

Hasil pembibitan ini diproyeksikan untuk memenuhi penanaman jarak di lahan seluas 5.000 hektare. Jika proyek ini berhasil maka segera akan ditempatkan mesin prosesing biji jarak menjadi minyak jarak.

Herman optimistis kerja sama yang telah dirintis beberapa tahun ini akan menjadi penarik investor lainnya untuk juga masuk ke Indonesia. CPC merupakan sebuah BUMN di Taiwan yang bergerak di bidang perminyakan.

Menurut Herman yang didampingi para pengurus Inkud dan para mitra asingnya, kerjasama dengan CPC melalui proses cukup lama. Pada April lalu, Inkud telah menandatangani MoU dengan perwakilan investor.

Setelah kerjasama ini, pihaknya akan melakukan penandatanganan Memorandum of Agreement yang berisi tanggung jawab dan hak masing-masing pihak.

Rencananya proses penanaman akan dimulai pada tahun 2010 dengan luas lahan 1.000 hektare dan membangun pabrik yang mampu memproses tanaman jarak seluas 20 ribu hektare.

Herman mengakui pihaknya belum memutuskan apakah hasil produksi minyak jarak itu untuk konsumsi ekspor atau dalam negeri. "Kami sudah membicarakan hal itu namun belum ada keputusan termasuk siapa nantinya yang akan melakukan impor apakah CPC atau Inkud atau perusahaan patungan bru," katanya.

Dalam kesempatan itu juga ditandatangani dua MoU dengan Chung Yuen Christian University (CYCU) Taipei, Taiwan, dan PT Lembata Agro Semarang (LAS). CYCU sudah menawarkan 25 beasiswa bagi mahasiswa Indonesia. Inkud sebelumnya telah melakukan pengiriman empat mahasiswa pada tahun 2006 ke universitas tersebut.

Inkud dalam hal ini bertindak sebagai perwakilan CYCU yang akan mengirimkan para mahasiswa Indonesia ke universitas tersebut.

Sementara MoU dengan PT Lembata Agro Semarang (LAS) dimaksudkan untuk peningkatkan kapasitas produksi kacang mete di Lembata, Alor, dan Sumba, Flores Nusa Tenggara Timur. Dalam kerja sama ini, LAS akan membeli mete dari petani, kemudian melakukan prosesing hingga pemasaran.

Kapasitas produksi mete dari Flores sekitar 20.000 ton per tahun. Adapun, total kapasitas mete di Indonesia sebesar 50.000 ton. Provinsi lain yang turut mengembangkan mete adalah Sulawesi Tenggara.

Peluang ekspor untuk mete masih terbuka karena kebutuhan dunia saat ini sekitar 1 juta ton per tahun. Pemasok terbesar mete adalah India, sebanyak 400.000 ton per tahun. Karena itu mete masih memiliki pasar internasional.

Menurut Herman, kerja sama ini menandai awal bangkitnya Inkud setelah "tertidur" sekitar 10 tahun ini. Inkud sebelumnya merupakan salah satu koperasi terbesar di Indonesia yang masa puncak kejayaannya dicapai ketika pemerintah menerapkan tata niaga cengkih.  (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009