Surabaya (ANTARA News) - Pakaian bernuansa batik kini menghipnotis ribuan karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pebisnis di Surabaya, seiring pengakuan "United Nation Educational Scientific and Cultural Organization/Unesco" di Abu Dhabi, terhadap batik Indonesia, Jumat.

"Bangsa Indonesia patut berbangga karena batik bisa diakui dunia," kata Kepala Humas PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III, Iwan Sabatini, di kantornya, di Surabaya.

Batik, jelas dia, merupakan kekayaan milik budaya Indonesia yang tak tergantikan. Bahkan, variannya yang beragam dan memiliki ciri khas tersendiri banyak menyebar di seluruh nusantara.

"Namun, kondisi ini sangat disayangkan. Selama ini para perajin batik tidak ada hidup layak, justru yang hidup bergelimang harta adalah para pedagangnya. Untuk itu, kesejahteraan mereka perlu ditingkatkan agar eksisitensi mereka mempunyai harkat di tanah air," ujarnya.

Mengenai pemakaian batik di kantornya, ia mengaku, sudah lama BUMN tersebut mengimbau karyawan mengenakan pakaian batik.

"Setiap Jumat, kami selalu menggunakan batik semisal pada acara ramah tamah, pisah kenal, dan serah terima jabatan (sertijab)," katanya.

Selain di Pelindo III, imbauan pemakaian batik juga dilakukan oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur, Yulianto Sochebu. Pria asal Kediri itu sudah meminta anggotanya jauh hari sebelum adanya pengakuan Unesco.

"Setiap ada rapat bulanan kami selalu memakainya," katanya.

Setahu dia, pakaian batik juga sudah dipakai sebagai seragam oleh sejumlah instansi dan perusahaan setiap Jumat dan Sabtu karena itu tidak perlu ada instruksi khusus.

"Dengan pengukuhan batik dari internasional itu, masyarakat di level tertentu perlu disosialisasi lebih lanjut secara intensif. Upaya ini sebagai bentuk penghargaan kepada warisan budaya nasional," katanya.

Secara terpisah, "General Manager" hotel bintang empat Surabaya Plaza Hotel, Yusak Anshori, menyatakan, imbauan seragam batik di hotelnya baru diberlakukan sejak tiga pekan lalu.

"Jika sebelumnya karyawan pria dan wanita memakai seragam berbentuk jas, pascaimbauan itu kami mengenakan batik sebagai pakaian bekerja. Bahkan, batik yang kami sandang ini khas Jawa Timur yakni Batik Madura karya perancang ternama di Surabaya," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009