Tanjungpinang (ANTARA News) - Warga masyarakat Kota Padang korban gempa berkekuatan 7,6 SR, Rabu (30/9) sore terancam kelaparan karena bantuan makanan dan minuman sampai empat hari setelah gempa belum bisa mereka dapatkan.

Cecen (29), warga RT 06 RW 05 Perumahan Jala Utama, Lubuk Begalung, Padang, yang dihubungi ANTARA dari Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, Sabtu, mengatakan mereka bisa terancam kelaparan karena bantun makanan dan minuman sampai saat ini belum mereka terima.

"Kami belum mendapat bantuan sembako sedikitpun sampai hari ini, sementara stok makanan kami sudah menipis, paling lama untuk tiga hari," kata Cecen.

Dikios-kios yang ada disekitar perumahan Jala Utama yang rusak parah tersebut, Cecen mengatakan stok sembako sudah habis diborong warga walaupun dengan harga tinggi.

"Sembako di kedai-kedai maupun pasar yang ada tidak tersedia, kami sudah beberapa hari makan makanan yang hanya direbus, karena tidak ada minyak goreng," ujarnya.

Sementara stok beras menurut dia juga sudah tidak ada, walaupun ada harga juga tinggi dan untuk mendapatknnya susah.

"Berapapun harganya kami akan beli, namun untuk mendapatkannya susah. Cabai merahpun kami beli dengan harga Rp70 ribu/kg," tambahnya.

Ia menambahkan, tenda pengungsian yang disediakan untuk korban yang rumahnya tidak layak huni hanya satu buah, itupun dari inisiatif warga bersama Ketua RT.

"Padahal seluruh warga tidak berani menempati rumah, karena seluruh rumah tidak layak huni dan hancur akibat gempa," ujarnya.

Sekarang menurut dia, warga bertahan diemperan-emperan rumah sambil menunggu bantuan datang.

Dewi, warga yang tinggal Kampung Alang di daerah by Pass, Padang juga mengatakan belum mendapat bantuan makanan dan minuman dan tenda untuk berteduh.

"Warga berharap pemerintah segera menyalurkan batuan, karena masyarakat sudah mulai kehabisan stok makanan dan minuman," harapnya.

Anton salah seorang warga Tabing, Padang juga menuturkan hal yang sama, mereka tidak bisa mendapatkan makanan dan minuman untuk bertahan hidup.

"Saya bersama keluarga terpaksa pergi ke tempat keluarga di Payakumbuh, karena untuk mendapatkan makanan dan air bersih di Padang sudah susah," tuturnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009