Bogor (ANTARA News) - Pembangunan yang dilaksanakan negara-negara Dunia Ketiga atau negara-negara berkembang, pada umumnya bersifat "urban bias" yaitu hanya menguntungkan masyarakat urban serta merugikan mereka yang tinggal di pedesaan.

Pakar ekonomi dari Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Hermanto Siregar MEc kepada ANTARA di Bogor, Minggu (4/10) mengatakan, pembangunan infrastruktur seperti jalan raya oleh negara berkembang, umumnya bias terhadap industri dan urban daripada pedesaan.

Prof Hermanto memberi contoh dengan apa yang tengah dilakukan Indonesia saat ini dengan membangun jaringan tol Pulau Jawa yang akan menghubungkan Jakarta dengan kota-kota besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembangunan jalan sepanjang sekitar 1.000 kilometer (KM) tersebut akan memakan lahan persawahan seluas ribuan hektare.

Konversi lahan persawahan menjadi jalan tol akan menyebabkan penurunan produksi beras, mengingat areal yang dilalui infrastruktur tersebut merupakan lahan subur yang selama ini menjadi lumbung beras.

Oleh karena itu, Prof Hermanto yang juga Wakil Rektor bidang Sumberdaya dan Pengembangan IPB mengingatkan, faktor bias perlu diwaspadai pemerintah. Kalau tidak, akan terjadi kepincangan yang semakin melebar antara pembangunan di perkotaan dengan pedesaan.

Perekonomian di pedesaan akan semakin sulit dikembangkan. Pasalnya pola pembiayaan pembangunan hanya mengandalkan kredit perbankan yang mengedepankan inflasi, sehingga semakin menyulitkan menggeliatnya sektor riil.

"Bias urban akan semakin melebarkan ketimpangan antara kota dengan desa," tutur dia.

Guna mencegah terjadinya "urban bias" Prof Hermanto menyarankan agar pemerintah mewujudkan keseimbangan antara pembangunan perkotaan dengan perdesaan, agar para petani di desa tetap mampu bersaing dengan derasnya laju ekonomi kota. (*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009