Cilacap (ANTARA News) - Keberadaan mertua Noordin M.Top, Bahrudin Latif alias Baridin, sejak penggerebekan rumahnya di Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Cilacap, Jawa Tengah, pada tanggal 23 Juni 2009, hingga kini masih menjadi misteri.

Informasi yang dihimpun ANTARA News di Desa Pasuruhan, Sabtu, tak satu pun warga yang mengetahui keberadaan ayah Arina Rahma (istri Noordin) lantaran orang tersebut telah meninggalkan rumahnya tiga hari sebelum penggerebekan oleh Densus 88 Antiteror.

"Hingga sekarang kami tak pernah mendengar kabar di mana Pak Baridin berada," kata seorang warga, Sugi (20).

Bahkan, kata dia, keberadaan warga Agus Mujiyono --anak didik Baridin yang menghilang sejak penggerebekan oleh Densus-- hingga kini juga tidak diketahui.

Sementara itu, warga lainnya, Rumiyati (31) mengharapkan, keluarga Baridin dapat dipulangkan ke Pasuruhan jika memang dinyatakan tidak bersalah.

"Kami berharap Bu Tuti (istri Baridin) dan Arina (anak Baridin yang menikah dengan Noordin) bisa pulan ke sini, kasihan mereka. Kami tidak tahu keberadaan mereka sekarang," katanya.

Secara terpisah, Kepala Desa Pasuruhan Watim Suseno mengatakan, pihaknya hingga kini tidak mengetahui keberadaan Baridin.

"Kami juga telah sampaikan kepada masyarakat, jika mengetahui keberadaan Baridin untuk segera melaporkan ke pihak berwajib. Demikian pula kepada Baridin, kami harapkan untuk menyerahkan diri agar permasalahan segera selesai," katanya.

Sementara mengenai Arina Rahma, dia mengaku belum mengetahui status yang diberikan Mabes Polri kepada putri Baridin ini.

Kendati demikian, dia percaya Arina sama sekali tidak mengetahui jika lelaki yang dinikahinya adalah Noordin M.Top.

"Setahu Arina, suaminya adalah seorang guru sebuah madrasah di Makasar, bernama Ade Abdul Halim," katanya.

Terkait kondisi Desa Pasuruhan pascapenggerebekan, dia mengatakan, saat ini warganya sudah kondusif.

Bahkan kelompok masyarakat yang semula terkesan eksklusif (kelompok pengajian Baridin, red.), kata dia, kini telah terbuka dalam menjalankan aktivitasnya bersama warga lainnya.

Dalam berbagai kegiatan termasuk tarawih keliling selama bulan Ramadhan lalu, lanjutnya, pihaknya selalu berusaha mengajak masyarakat untuk menciptakan situasi kondusif.

"Bahkan, kami juga berpesan kepada para penceramah untuk tidak menyampaikan materi-materi yang bersifat provokasi, melainkan materi yang membangun umat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya.

Informasi yang dihimpun dari warga, dalam setiap ceramahnya Kepala Desa Pasuruhan Watim Suseno selalu berharap peristiwa yang terjadi di desanya tidak terulang lagi.

"Pak Kades pernah sampai menangis dalam ceramahnya. Dia minta agar kasus Baridin tidak terulang lagi," kata seorang warga. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009