Teheran (ANTARA News/Reuters) - Pihak berwenang Iran mencegah seorang artis film terkenal dan seorang pembuat film melakukan perjalanan ke Amerika Serikat karena aktivitas mereka setelah pemilihan umum bermasalah pada Juni lalu, menurut laporan sebuah harian, Santu.

Harian Sarmayeh tampaknya merujuk kepada keterlibatan pada aksi unjuk rasa besar-besaran pihak oposisi yang terjadi setelah pemilihan umum 12 Juni lalu, saat calon yang kalah mengatakan bahwa pemilihan umum yang kembali memberi kemenangan kepada presiden garis keras Mahmoud Ahmadinejad itu curang.

Harian itu mengatakan bahwa artis Fatemeh Motamed-Aria dan produser film dokumenter Mojtaba Mirtahmaseb dihentikan di bandara Teheran pada Kamis (8/10), ketika mereka bersiap untuk melakukan perjalanan terkait dengan pekerjaan ke Los Angeles.

Delapan orang lain dalam kelompok itu diijinkan untuk pergi untuk mengikuti konferensi satu pekan tentang sinema Iran, kata Sarmayeh.

"Dua orang ini dihentikan meninggalkan Iran karena kegiatan mereka dalam kejadian pasca-pemilihan umum," kata harian itu, tanpa memberikan sumber informasi.

Harian itu mengutip Mirtahmaseb, yang berkata, "Setelah menyelesaikan tahap akhir pemeriksaan paspor, petugas bandara menunjukkan perintah pengadilan kepada saya dan Motameh-Aria serta mengatakan bahwa tidak satupun dari kami yang dapat meninggalkan Iran." Dia menambahkan bahwa tidak ada penjelasan lebih lanjut yang diberikan.

Belum ada komentar dari pihak berwenang.

Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) mengatakan bahwa ribuan orang, termasuk para reformis terkenal, wartawan, pengacara dan yang lain-lain, ditahan setelah pemilihan umum. Sebagian besar di antara mereka belakangan dibebaskan, namun lebih dari 100 orang telah dituntut karena memicu terjadinya kerusuhan di jalan.

Pihak berwenang telah menyangkal tuduhan pihak oposisi terkait pemilihan umum dan menyebut aksi unjuk rasa pasca-pemilihan umum sebagai sebuah aksi yang didukung pihak Barat untuk menghancurkan sistem pemerintah berpusat pada ulama yang dipraktekkan oleh Republik Islam itu.

Pasukan elit Pengawal Revolusi dan milisi Islam secara luas memadamkan aksi unjuk rasa setelah pemungutan suara. Pendukung oposisi telah melakukan aksi unjuk rasa yang lebih kecil beberapa kali setelah itu.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009