Solo (ANTARA News) - Jajaran Rumah Tahanan Kelas I Surakarta bekerja sama dengan Yayasan Wisata Hati mendirikan pondok pesantren Daarul Qur`an di dalam rumah tahanan tersebut.

"Pondok pesantren yang didirikan di dalam rutan ini merupakan yang pertama di Indonesia," kata Kepala Seksi Pelayanan Tahanan Rutan Kelas I Surakarta, Agustiyar Ekantoro di Solo, Selasa.

Dia mengatakan, pendirian ponpes tersebut merupakan proyek percontohan Departemen Hukum dan HAM dalam pembinaan narapidana.

"Dengan adanya ponpes ini, proses rehabilitasi para napi penghuni Rutan Surakarta dapat berjalan lebih maksimal. Program dari ponpes diharapkan dapat sinergi dengan program rehabilitasi yang dimiliki rutan," kata dia.

Kegiatan belajar mengajar di ponpes tersebut, kata dia dilakukan oleh sekitar 350 napi dari total 525 napi yang menghuni Rutan Surakarta.

"Kegiatan belajar mengajar dilakukan setiap hari dari pukul 13:30 hingga 15:30 WIB dan wajib dilakukan oleh napi yang beragama Islam," kata dia.

Pada tahap awal, kata dia, akan dilakukan pemetaan kemampuan hafalan Al Quran dan masa tahanan setiap napi yang menjadi peserta, "Kami akan mengelompokkan peserta sesuai dengan kemampuan dan masa tahanan karena hal tersebut terkait dengan program pendidikan pesantren,".

Dia mengatakan, pihak rutan menyediakan tiga ruangan kelas untuk kegiatan belajar mengajar ponpes, "Selain itu, pihak rutan dan Yayasan Wisata Hati sudah merencanakan membangun gedung pesantren tersebut di wilayah Jaten, Kabupaten Karanganyar,".

"Pesantren yang didirikan di Jaten tersebut akan menjadi tempat belajar para mantan napi yang sudah bebas tetapi masih ingin belajar agama Islam," kata Agustiyar Ekantoro.

Sementara itu, pendiri Yayasan Wisata Hati, Ustaz Yusuf Mansur mengatakan, pendirian ponpes di dalam rutan ini merupakan keinginan dari para napi yang menjadi warga binaan Rutan Surakarta.

"Respon dengan mendirikan ponpes tersebut oleh pihak rutan dan Departemen Hukum dan HAM sangat berguna sekali dalam membantu para napi agar lebih bisa diterima kembali oleh masyarakat ketika masa tahanan para napi berakhir," kata dia.

Dia mengatakan, pelaksanaan kurikulum di ponpes tersebut mengadopsi kurikulum pendidikan di ponpes kebanyakan dan memadukan dengan program pembinaan Rutan Surakarta.

"Selain itu, kami juga mengikutsertakan para kiai, yayasan-yayasan lain, Departemen Agama Kota Surakarta yang sebelumnya juga telah melakukan pembinaan para napi di rutan ini," kata dia.

Dengan adanya pendirian ponpes tersebut, kata Yusuf Mansur, lembaga permasyarakatan dan rutan lainnya di Indonesia dapat menjadikan upaya Rutan Surakarta sebagai percontohan dalam membina warga binaan mereka.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009