Kinshasa,(ANTARA News) - Tentara Kongo telah membunuh 50 pengungsi Hutu Rwanda serta menculik dan memperkosa 40 wanita dalam serangan di sebuah kamp pengungsi di bagian timur Republik Demokrati Kongo (DRC) April lalu, seorang pelapor khusus PBB menyatakan Kamis.

"Tentara Kongo menembak dan memukuli hingga tewas 50 pengungsi Hutu Rwanda, dan membakar kamp mereka hingga roboh dalam serangan April 2009," kata pelapor PBB Philip Alston mengenai kamp di daerah Shalio itu, sebagaimana dikutip dari AFP.

"Sekitar 40 perempuan diculik dari kamp itu. Sekelompok kecil dari 10 orang yang melarikan diri melukiskan telah diperkosa gerombolan, dan menderita luka berat."

Nasib 30 perempuan yang lain tidak diketahui, tambah Alston, pelapor khusus mengenai pembunuhan ekstra-judisial dan telah menghabiskan 12 hari di Republik Demokratik Kongo.

Alston menyatakan ia yakin orang-orang yang melakukan serangan itu adalah bekas pemberontak Tutsi yang telah diintegrasikan ke dalam militer Kongo sebagai bagian dari upaya untuk membina perdamaian di bagian timur negara itu.

Pakar PBB itu mengatakan ia telah menerima indikasi mengenai banyak pembunuhan lain oleh militer DRC, peristiwa yang harus diselidiki.

Ia juga memberikan perincian mengenai pembunuhan besar-besaran yang diketahui sebelumnya dan diduga dilakukan pemberontak Hutu Rwanda, dan mengatakan 96 warga sipil telah tewas pada 10 Mei "kebanyakan dalam aksi balas-dendam" atas kematian di Shalio.

Pembunuhan oleh Pasukan Demokratik baig Pembebasan Rwanda (FDLR) itu terjadi di Basurungu, dekat Shalio, katanya.

Beberapa anggota FDLR diyakini ikut dalam pembasmian etnik 1994 di tetangganya Rwanda dan kemudian melarikan diri ke DR Kongo timur.

Wilayah itu telah lama dihantam oleh kerusuhan, dengan Rwanda dan DRC saling tuduh mendukung pemberontak di wilayah itu.

Namun dua musuh lama itu menggabungkan kekuatan dalam operasi militer awal tahun ini untuk memburu FDLR di Kongo timur.

Militer DRC sekarang sedang melakukan operasi militernya sendiri di bagian timur dengan bantuan logistik dari penjaga persamaian PBB, dan Alston mengecamnya dengan keras sebagai "malapetaka".(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009