Nairobi/Kinshasa, (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan Republik Demokratik Kongo memulai operasi militer yang ditujukan langsung terhadap pemimpin pemberontak Uganda Joseph Kony dan Militer Perlawanan Raja (LRA)nya, kata laporan-laporan berita. Kony menolak menandatangani kesepakatan perdamaian akhir setelah dua tahun perundingan. Ia diduga telah memanfaatkan waktu selama perundingan itu untuk mempersenjatai kembali pasukannya. LRA yang dikenal dengan perekrutan tentara anak-anak, pada beberapa bulan terakhir menyerang desa-desa dan menculik orang-orang di Sudan selatan, Kongo dan berbagai tempat lainnya di Republik Afrika Tengah, kata para pejabat militer dan PBB. Misi pemelihara perdamaian Uganda, Kongo dan PBB di Kongo sepakat pada awal Juni untuk melakukan aksi militer guna menentang Kony. BBC, mengutip para pejabat PBB mengatakan, 200 tentara Kongo telah dikirimkan ke kota utara Dungu dan 900 prajurit lainnya diperkirakan akan menyusul. Komandan gerilya yang licin ini berpangkalan di Kongo timurlaut, di mana dia melarikan diri pada akhir 2004 setelah didepak keluar oleh bekas pangkalannya di Sudan selatan. Kolonel Jean Paul Dietrich, jurubicara misi pasukan pemelihara perdamaian PBB, mengatakan kepada BBC bahwa tindakan tersebut hendaknya berakhir `sampai tidak ada lagi bahaya bagi penduduk setempt di utara Kongo.` Pemberontak LRA, yang telah berlangsung berpuluh tahun, telah membunuh puluhan ribu orang atau dimutilasi, serta menyebabkan beberapa juta lainnya terlantar di Uganda. Kony, bekas pendeta saat berumur akhir 40 tahunan, mengatakan bahwa dia hanya akan menandatangani kesepakatan damai jika Pengadilan Kejahatan Internasional mencabut dakwaan terhadapnya dan empat anggota LRA lainnya karena kejahatan perang. Menurut pengadilan, LRA dituduh melakukan penculikan, pembunuhan, pemerkosaan dan memaksa wajib militer terhadap anak-anak Uganda, demikian diwartakan DPA.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008