Sumenep (ANTARA News) - Pimpinan Yayasan Salsabila, Sumenep, Madura, Jawa Timur, Warsito meminta maaf pada warga setempat, terkait kasus Aris, salah seorang daftar pencarian orang (DPO) kasus terorisme yang menyerahkan diri pada polisi.

"Ini kasus yang tak kami duga sebelumnya. Kami sendiri baru mengetahui kasus Aris setelah membaca koran," katanya di Sumenep.

Aris adalah DPO kasus terorisme yang menyerahkan diri pada Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Temanggung, Jawa Tengah, AKBP Zahdi, di Temanggung pada hari Jumat (2/10).

Dalam pemeriksaan polisi, Aris diketahui beralamat di Jalan Payudan Barat 3 yang merupakan Kantor Yayasan Salsabila.

Warsito juga menjelaskan, ketika datang di Yayasan Salsabila pada tahun 2006, Aris mengaku bernama Nizar.

"Kami baru mengetahui Nizar itu bernama asli Aris, setelah mengurus persyaratan administrasi untuk kepentingan nikah. Aris menikah di Sumenep pada bulan Juli 2009," katanya mengungkapkan.

Ia memahami jika warga Sumenep resah atas munculnya kasus Aris yang terkait terorisme itu.

"Sejak munculnya kasus Aris, kami dan keluarga besar Yayasan Salsabila, resah. Isu di luar menyebutkan lembaga kami terlibat jaringan terorisme. Padahal, kami sendiri tidak tahu apa-apa dengan masa lalu Aris," tambahnya.

Warsito menjamin akan lebih selektif menerima orang yang masuk ke Yayasan Salsabila.

"Untuk kasus Aris, kami kecolongan, dan karena itu, kami minta maaf. Kami jamin paham terorisme tidak akan tumbuh dan ada di Yayasan Salsabila. Kami menjalankan organisasi ini dengan kekuatan cinta dan kasih," tegasnya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009