Teheran (ANTARA News/AFP) - Presiden Mahmoud Ahmadinejad memerintahkan aparat Iran segera melacak dan menangkap orang-orang yang merencanakan serangan bom bunuh diri Minggu di provinsi Sistan-Baluchestan, Iran tenggara.

"Saya memerintahkan aparat-aparat terkait segera mengidentifikasi unsur-unsur di balik kejahatan teroris ini dan menyerahkan mereka ke pengadilan," kata Ahmadinejad, seperti dikutip kantor berita IRNA.

"Saya menjamin kepada rakyat Iran, khususnya penduduk terhormat Sistan-Baluchestan, bahwa para penjahat akan segera ditindak atas perbuatan tidak manusiawi mereka," katanya.

Sedikitnya 30 orang, termasuk tujuh komandan Garda Revolusi Iran, tewas ketika seorang penyerang bom meledakkan dirinya sendiri di tempat pertemuan pasukan elit itu di kota Pisheen, Sistan-Baluchestan.

Seorang panglima Garda Revolusi Iran menyatakan, pasukannya akan menindak tegas orang-orang yang mendalangi serangan bunuh diri Minggu itu.

"Pasukan Garda Revolusi akan melakukan tindakan sangat keras terhadap kelompok ini, sehingga mereka tidak akan pernah lagi bisa melakukan aksi lain seperti ini di negara ini," kata Jendral Mohammad Pakpour, panglima pasukan darat Garda Revolusi, seperti dikutip kantor berita Fars.

Seorang pejabat Iran menyatakan, serangan itu diklaim oleh kelompok Sunni Jundallah (Prajurit Tuhan).

Teheran juga menyalahkan Washington atas serangan tersebut.

Kantor berita Fars mengumumkan nama 35 orang yang tewas dalam serangan itu dan mengatakan, penyerang melakukan aksi bunuh diri itu ketika perwira-perwira Garda Revolusi bertemu dengan para pemimpin masyarakat Sunni dan Syiah.

Menurut Fars, diantara mereka yang tewas adalah Jendral Nur-Ali Shushtari, deputi panglima pasukan darat Garda Revolusi, Jendral Mohammad-Zadeh, panglima Garda Revolusi di provinsi Sistan-Baluchestan, komandan kota Iranshahr dan komandan satuan Amir al-Momenin.

Tiga komandan lain dari provinsi berdekatan juga tewas dalam pemboman itu.

Sejumlah pemimpin suku pada pertemuan itu di provinsi Sistan-Baluchestan yang merupakan ajang pemberontakan Sunni itu juga tewas dalam serangan tersebut.

Sementara itu, ketua parlemen Iran Ali Larijani menyatakan, AS terlibat dalam serangan mematikan itu.

"Kami menganggap serangan teroris terkhir ini merupakan hasil dari tindakan AS. Ini tanda permusuhan AS terhadap negara kami," katanya.

"Tuan Obama telah menyatakan bahwa ia akan mengulurkan tangannya kepada Iran, namun dengan aksi teroris ini ia telah membakar tangannya," kata Larijani, menunjuk pada tawaran diplomatik Presiden AS Barack Obama kepada Iran.

Pemerintah AS membantah terlibat dalam serangan bom mematikan di Iran dan malah mengutuknya.

"Kami mengutuk aksi terorisme ini dan berkabung atas kematian orang-orang yang tidak berdosa," kata jurubicara Kementerian Luar Negeri AS Ian Kelly dalam sebuah pernyataan di Washington.

"Laporan-laporan bahwa AS dituduh terlibat tidak benar sama sekali," katanya.

Para pejabat Iran sebelumnya menuduh Inggris dan AS mendukung pemberontak minoritas etnik seperti Jundallah yang beroperasi di daerah-daerah perbatasan sensitif, khususnya di provinsi Sistan-Baluchestan.

Korps Garda Revolusi, yang kini diyakini mencakup lebih dari 100.000 prajurit, bertugas menangkal ancaman-ancaman dari kelompok gerilya kiri dan aparat militer yang tetap setia pada mantan shah Iran dukungan AS yang digulingkan dalam revolusi Islam pada 1979.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009