Jakarta (ANTARA News) - Program rumah rakyat dengan harga terjangkau membutuhkan dana murah yang diserahkan kepada Perum Perumnas dalam bentuk penyertaan modal sehingga kapasitasnya dapat ditingkatkan.

"Kalau dibiarkan dengan kondisi seperti sekarang ini sulit untuk memenuhi target rumah sederhana baik susun maupun bukan susun," kata mantan Menpera, Cosmas Batubara di Jakarta, Selasa.

Penyertaan modal kepada Perum Perumnas pernah dilaksanakan untuk membeli lahan yang cocok bagi rumah dengan harga terjangkau, tetapi kebijakan itu saat ini tidak tersedia, kata Cosmas.

Cosmas mengatakan, kalau mengandalkan mekanisme pasar akan sulit mendapatkan lahan yang cocok untuk dibangun rumah murah, tetap harus ada intervensi pemerintah.

Menurutnya, penyediaan lahan murah di kota-kota besar seperti Jakarta sebenarnya dapat dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang lebih besar lagi kepada Perumnas dan Bank Tabungan Negara (BTN).

Cosmas mengatakan, kalau pemerintah mengalokasikan dana Bantuan Langsung Tunai (BLT), maka hal serupa juga dapat dilakukan untuk sektor perumahan yang ditempatkan di Perum Perumnas.

Cosmas mengungkapkan, saat ini masih terdapat lahan-lahan menganggur diperkotaan termasuk milik BUMN yang sebenarnya dapat digarap Perum Perumnas seandainya mendapat dukungan dana memadai.

Perum Perumnas juga diminta agar dapat merevitalisasi lahan-lahan miliknya yang saat ini sudah dibangun Rusun dengan model lama (4 lantai) yang sudah tidak cocok dengan kawasan sekitarnya.

"Sudah saatnya diremajakan lagi bangunan lama yang semula 4 lantai dibangun menjadi 20 lantai atau lebih, tetapi penghuni lama tetap mendapat fasilitas untuk menghuni di unit yang lebih baik," ujarnya.

Cosmas mengatakan, apabila pemerintah tidak memiliki cadangan lahan murah jangan mengharapkan program rumah yang terjangkau masyarakat berpendapatan rendah akan berhasil.

Menurutnya, ketersediaan lahan di kota besar sudah sangat mendesak mengingat kesenjangan pertumbuhan penduduk dengan hunian layak semakin besar yang pada akhirnya menimbulkan masalah permukiman kumuh. (*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009