Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu (21/10) malam resmi mengumumkan Dr Ir Mustafa Abubakar sebagai Menteri Negara BUMN periode 2009-2014, menggantikan menteri sebelumnya, Sofyan Djalil.

Dalam dua tahun terakhir bisa jadi Mustafa Abubakar salah satu sosok yang banyak diberitakan media massa nasional.

Selain karir yang terus melejit, Mustafa, kelahiran Piddie, 15 Oktober 1949, menjadi sorotan sejak diangkat menduduki jabatan "kursi panas" Bulog sejak 21 Maret 2007, menggantikan Wijanarko Puspoyo yang terlibat kasus korupsi.

Selama memimpin perusahaan yang mengatur dan mengawasi distribusi beras dan minyak goreng nasional itu, Mustafa diuji.

Mungkin, tidak banyak yang mengetahui sepak terjang Mustafa selama memimpin Bulog.

Namun menurut catatan, di tangan seorang Mustafa lah reformasi besar mulai bergulir di Bulog.

Bulog, yang tadinya dicap sebagai sarang korupsi, kini berubah total dengan berjalannya transparansi dan akuntabilitas.

Bulog kini bisa disebut sebagai lembaga yang berjasa besar membuat Indonesia berswasembada beras.

Berdasarkan catatan, untuk pertama kali pada akhir 2007 Bulog berhasil menurunkan defisit menjadi Rp337 miliar, dari tahun 2006 defisit Rp523 miliar.

Mustafa Abubakar sejatinya sejak kecil sudah memiliki darah kepemimpinan, tercermin dari kepandaiannya dalam berpidato.

Mustafa kecil menghabiskan waktu di Meureudu, hingga akhirnya masuk perguruan tinggi Institute Pertanian Bogor (IPB).

Saat menjadi mahasiswa IPB, ayah tiga putra ini --Reza Mustafa, Dewi Suryani, dan Irfan Adiputra-- pada tahun 1975 meraih penghargaan sebagai mahasiswa teladan tingkat nasional.

Selain itu, pada tahun 1975 - 1976, Mustafa juga dipercaya menjabat sebagai Ketua Dewan Mahasiswa IPB.

Berbekal otak encernya, Mustafa menyelesaikan S1 tahun 1977, meraih gelar S2 tahun 2002, dan menggengam gelar doktor (S3) juga di IPB pada 2004.

Setelah lulus S1, mantan Ketua Ikatan Alumni IPB ini merintis karier sebagai Konsultan Bank Dunia pada Bank Rakyat Indonesia (1979-1985).

Kemudian suami Darliza Hamzah ini menjadi Konsultan Bank Dunia pada Bank Indonesia (1986-1989).

Berbekal jabatan berskala internasional tersebut, Mustafa terpilih menjadi Ketua Ikatan Konsultan Indonesia (Inkindo) selama dua periode, yakni (1993-1996 dan 1996-2000).

Selain itu, ia juga didapuk sebagai Ketua Kompartemen Kadin Indonesia Bidang Jasa Konsultasi pada tahun 1996-1999.

Sebelum menjadi nahkoda Bulog, Mustafa pernah menjabat sebagai Inspektur Jenderal di Departemen Kelautan dan Perikanan periode 1999-2006.

Tidak sampai di situ, mantan Ketua Masyarakat Perikanan Indonesia ini pada Desember 2005 dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai Plt Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sampai Februari 2007, sebelum akhirnya menjabat Dirut Bulog.

Saat ini, banyak kalangan meragukan kemampuan Mustafa menjadi pengawas dan pembina BUMN.

Akan tetapi dengan pengalaman birokrasinya, dan keberhasilannya membenahi Bulog serta rekam jejak bersih dari KKN membuat Kepala Negara percaya bahwa Mustafa mampu membawa BUMN ke arah yang lebih baik.

Dalam bidang sosial, Mustafa termasuk figur yang ramah, bisa bersosialisasi dengan siapa pun, dan cepat mengambil keputusan.

Sosok bersahaja membuat masyarakat asal Aceh se-Jabotabek mempercayai Mustafa sebagai pemimpin paguyuban itu.(*)

Oleh Oleh Royke Sinaga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009