Jakarta (ANTARA News) - Keberhasilan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Presiden pada tahun 2004 dan kesuksesannya untuk mempertahankan posisi itu untuk periode kedua 2009 - 2014 tidak terlepas dari peran seorang bernama Sudi Silalahi.

Letjen TNI (Purn) Sudi Silalahi yang lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, 13 Juli 1949, dinilai sangat berjasa dalam kemajuan karir SBY sejak menjadi sekretaris Menko Polkam yang dipegang SBY pada Kabinet Gotong Royong pada Pemerintahan Gus Dur.

Sejak saat itulah, setiap langkah dan pemikiran strategis dan politis SBY selalu mendapatkan masukan dan dukungan dari lulusan Akabri tahun 1972 ini, termasuk dalam merancang penayangan iklan Menko Polkam SBY pada tahun 2004, saat kondisi politik pencalonan presiden sudah mulai meningkat. Iklan itu dinilai pihak Megawati dan berbagai pihak sebagai iklan terselubung SBY yang telah lama bersiap-siap jadi calon presiden.

Sudi juga aktif mendampingi SBY ketika dia (SBY) menjadi Menko Polkam. Kala itu SBY berhasil menyelesaikan tugas-tugas di kementerian, termasuk perundingan-perundingan damai di Ambon dan Poso, atas inisitif Jusuf Kalla (JK) selaku Menteri Koorinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra).

Atas beberapa peran pentingnya itu, SBY yang akhirnya terpilih sebagai presiden pada tahun 2004 menempatkan Sudi sebagai Sekretaris Kabinet (Seskab), namun sebelum menjadi Seskab Sudi sudah dipercaya untuk menjadi "tangan kanan" SBY dalam menghubungi para calon menteri untuk mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di kediaman pribadi SBY di Cikeas Bogor.

Dalam perjalanan kerja pemerintahan SBY-JK, Sudi bahkan sering disebut-sebut sebagai orang ketiga di dalam pemerintahan setelah SBY dan JK, karena perannya yang sangat besar dalam menentukan kebijakan dan arah politik kabinet seperti menentukan pejabat-pejabat BUMN dan eselon I Departemen dan Kementerian dalam Tim Penilai Akhir (TPA).

Di TPA yang beranggotakan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Meneg BUMN, Meneg PAN dan menteri departemen teknis itu, Sudi disebut-sebut sebagai tangan kanan Presiden SBY.

Menjelang pemilu legislatif April dan pemilu presiden Juli 2009, Sudi juga dipercaya untuk mengonsolidasi simpul-simpul masa di seluruh nusantara antara lain dengan membentuk jaringan Majelis Dzikir SBY Nurussalam yang terbukti mampu mendongkrak suara pemilih Partai Demokrat dan SBY dalam pemilu.

Menjelang pelantikannya sebagai Presiden Selasa (20/10) lalu, SBY telah memastikan akan kembali menggunakan tenaga dan pikiran, sosok yang suka bekerja keras ini untuk membantunya menjalankan pemerintahan lima tahun ke depan.

Hingga 2014, Sudi akan tetap mengawal dari dekat semua kebijakan dan langkah SBY dalam memimpin negara dan pemerintahan dengan menduduki posisi Menteri Sekretaris Negara, menggantikan Hatta Rajasa yang menjadi Menko Perekonomian pada Kabinet Indonesia Bersatu II.

Sekjen Jaringan Nusantara, Andi Arif, salah seorang yang dekat dengan Sudi, menilai sosok yang tidak banyak bicara ini adalah pemikir dan pekerja serius di balik kesuksesan SBY.

"Tidak ada hari libur dalam kamus Pak Sudi. Beliau berpedoman, yang akan memenangkan pertarungan adalah orang-orang yang siap. Orang-orang yang siap adalah mereka yang bekerja keras," kata Andi.(*)

Oleh Oleh Dody Ardiansyah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009