Houston (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Sebanyak 46 negara bagian AS dan Washington D.C. menghadapi kegiatan luas flu ketika penundaan produksi terus menghambat pembagian vaksin flu babi A/H1N1 di seluruh negeri itu, kata seorang pejabat kesehatan AS, Jumat.

"Kami sekarang berada pada tahap kedua wabah influenza," kata Direktur lembaga federal Centers for Disease Control and Prevention (CDC)Thomas R Frieden di Atlanta, pada suatu taklimat.

"Empat-puluh-enam negara bagian melaporkan kegiatan luas," tambahnya.

Data statistik yang dikeluarkan oleh CDC, Jumat, memperlihatkan negara bagian yang tak menghadapi kegiatan luas flu adalah Connecticut, Hawaii, New Jersey dan South Carolina.

Sejak awal penyebaran flu H1N1 pada April dan Mei, menurut Direktur CDC tersebut, lebih dari 1.000 kematian akibat virus itu dan lebih dari 20.000 orang yang dirawat di rumah sakit telah tercatat di seluruh negeri tersebut.

Satu jajak pendapat CDC yang disiarkan Kamis mendapati bahwa satu dari lima anak di AS terserang penyakit mirip flu awal Oktober, dan kebanyakan kasus itu diduga adalah flu babi A/H1N1.

"Kami memperkirakan influenza akan menyebar dalam beberapa gelombang. Kami tak dapat meramalkan seberapa tinggi, seberapa jauh atau seberapa lama gelombang tersebut akan terjadi atau kapan gelombang berikutnya akan muncul," kata Frieden.

Saat rakyat Amerika yang menuntut pemberian vaksin flu H1N1, produksinya molor beberapa pekan setelah jadwal karena vaksin itu tumbuh lebih lamban pada kegiatan yang berdasarkan telur dibandingkan dengan yang telah diperkirakan pembuatnya, sehingga menghasilkan dosis yang lebih sedikit.

"Hingga Jumat, terdapat 16,1 juta dosis di seluruh negara ini, naik dari 14,1 juta pada Rabu," kata Frieden.

"Ini mengecewakan bagi kami semua. Kami sekarang tak berada di tempat yang kami perkirakan. Kami tak berada di dekat tempat yang diramalkan pembuat vaksin".

Akibat penundaan produksi tersebut, pemerintah harus mundur dari perkiraan awal yang optimistis bahwa sebanyak 120 juta dosis vaksin akan tersedia pada pertengahan Oktober.

"Apa yang telah kami ketahui dalam lebih dari dua pekan belakangan ialah bukan hanya virus itu tak dapat diramalkan, tapi produksi vaksin pun jauh dari ramalan yang kami harapkan," kata Frieden kepada wartawan.

Virus flu tersebut harus dikembangkan pada telur ayam dan hasilnya tidak sebanyak yang semula diharapkan, kata beberapa pejabat CDC. "Sekalipun anda mencaci-maki mereka, mereka takkan tumbuh lebih cepat," kata Frieden.

Penyebaran virus H1N1 ditambah penundaan produksi vaksin yang tak dapat diramalkan membuat rumit strategi CDC terhadap gelombang kedua wabah itu.

"Apakah ini akan berlanjut sampai musim gugur dan memasuki musim dingin, apakah itu akan hilang dan kembali pada musim dingin, hanya waktu yang akan memberitahu," kata Frieden.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009