Padang (ANTARA News) - Pakar gempa dari Universitas Andalas Dr Badrul Mustapa Kamal mengimbau masyarakat tidak mempercayai isu akan terjadi gempa besar dan tsunami pascagempa 7,9 Skala Richter yang mengguncang Sumatra Barat, 30 September 2009.

"Pada simposium internasional di Padang, 24-28 Agustus 2005, para pakar gempa sepakat bahwa hingga kini belum ditemukan teknologi yang dapat memprediksi kapan terjadi gempa baik dalam jam, hari, minggu, bulan maupun tahun," kata Badrul Mustapa Kemal di Padang, Minggu.

Ia mengeluarkan imbauan itu karena sebagian masyarakat di Padang masih `dihantui` rasa takut atas isu akan terjadi gempa besar dan tsunami beberapa hari ke depan.

Isu itu dikatakan sejumlah warga yang mengetahuinya dari media elektronik Amerika Serikat dan Australia hingga mengakibatkan ada warga yang berencana pergi mengungsi ke daerah lain atau ke negara lain.

Menurut Badrul, hasil simposiun internasional 2005 itu diputuskan oleh para pakar gempa dalam negeri dan luar negeri di antaranya Eropa, Australia dan Amerika Serikat.

"Pakar gempa asing Kerry Sieh dari California Institute of Technology AS yang hadir sebagai sponsor dalam simposium internasional di Padang 2005 itu menyepakati hasil pertemuan internasional tersebut," katanya.

Karena itu, isu yang dilontarkan tersebut lebih bisa digolongkan pada pendapat para peramal. Isu tersebut pernah muncul di internet bahwa pada Juni dan 23 Desember 2007 di Filipina akan terjadi gempa besar.

Ramalan itu tidak terjadi dan memang tidak ada dasarnya, sehingga masyarakat tidak perlu panik.

"Akan tetapi masyarakat perlu tahu bahwa memang Indonesia rawan gempa mulai dari Aceh hingga ke Papua kecuali di Kalimantan," katanya.

Yang penting, katanya mengimbau, sebagai umat beragama harus pasrah pada Allah SWT karena soal bencana alam adalah urusan Tuhan.

Bagi manusia, tambahnya, hanya bisa menekan korban jiwa antara lain dengan meningkatkan kewaspadaan dan membangun rumah tahan gempa.(*) 

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009