Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintah melalui tim ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II perlu memperkuat pertumbuhan ekonomi mikro sehingga sektor riil yang didominasi usaha mikro dan kecil dapat berkembang baik.

Direktur Asosiasi Pengembangan Industri Kerajinan Rakyat Indonesia (Apikri) Amir Fanzuri di Yogyakarta mengatakan, menguatan ekonomi makro diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, namun sektor mikro juga harus diperkuat agar sektor usaha bisa berkembang dengan baik.

"Saya optimistis Wakil Presiden Boediono dapat berperan dalam meningkatkan perkuatan ekonomi mikro dan kecil yang akan menumbuhkan sektor riil dan membantu pengembangan usaha mikro dan kecil secara nasional," katanya.

Menurut dia selama ini kebijakan penguatan ekonomi mikro belum menyentuh secara keseluruhan, namun sekarang ada indikasi ke arah itu, yakni ada gerakan di berbagai daerah yang memiliki potensi lokal untuk memperkuat dengan kebijakan daerah.

"Kebijakan memperkuat usaha lokal tersebut diharapkan dapat diakomodasi oleh pemerintah pusat dengan mengeluarkan kebijakan seperti itu," kata Amir.

Terkait potensi lokal, kata dia, sejumlah pemerintah provinsi (pemprov) berkomitmen bersama untuk mengembangkan produk pangan berbasis potensi lokal. Komitmen tersebut merupakan momentum untuk menjadi potensi lokal menjadi primadona di pasar lokal.

"Jika pengembangan produk potensi lokal tersebut bisa terwujud secara menyeluruh, maka diyakini pasar lokal akan berkembang dengan baik sehingga usaha mikro dan kecil diharapkan dapat tumbuh dengan cepat dan berkelanjutan," katanya.

Untuk itu, kata dia, sudah saatnya pemerintah melalui tim ekonomi KIB II memperkuat ekonomi yang menyentuh kepentingan usaha mikro dan kecil sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil.

"Saya gembira melihat penguatan nilai rupiah akan berdampak di beberapa pasar lokal. Namun sayangnya potensi lokal belum digarap dengan baik sehingga produk lokal yang seharusnya diuntungkan tetap lemah," katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009