Semarang (ANTARA News) - Guru Besar Ilmu Kalam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang, Prof. Ghazali Munir menilai, tindakan kekerasan dan terorisme yang merugikan dan menyengsarakan orang banyak, tidak sesuai dengan prinsip dan ajaran Islam.

"Sebab, membunuh orang tanpa hak adalah seperti membunuh manusia secara keseluruhan, sebaliknya orang yang memberikan penghidupan kepada orang lain, maka dia memberi kehidupan kepada semua manusia," katanya usai dikukuhkan sebagai guru besar ke-21 IAIN Walisongo Semarang, Selasa.

Menurut dia, aksi terorisme yang mengatasnamakan Islam yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh berbagai faktor yang melatarbelakanginya, di antaranya faktor sosial, faktor ekonomi, faktor kesempatan kerja, faktor pendidikan, dan faktor kedangkalan agama.

"Dari berbagai faktor tersebut, faktor yang dominan yang paling berpengaruh adalah kedangkalan agama, sebab biarpun seseorang memiliki kesulitan ekonomi, namun dia memiliki tingkat pemahaman agama yang cukup, tidak akan mau melakukan tindakan terorisme," katanya.

Apalagi, kata Ghazali, tindakan terorisme tersebut dilakukan dengan cara bunuh diri, misalnya bom bunuh diri, sebab Islam justru melarang tindakan bunuh diri, sehingga tindakan terorisme dalam bentuk apapun sangat bertentangan dengan ajaran Islam.

Ia mengatakan, tindakan terorisme yang mengatasnamakan Islam sering mengaitkan perbuatannya dengan jihad, padahal mereka sebenarnya tidak tahu pengertian dan makna jihad yang sesungguhnya, karena jihad yang terbesar justru jihad melawan hawa nafsu.

"Jangankan melakukan teror dengan bunuh diri, membicarakan orang lain saja tidak diperbolehkan dalam Islam, dan upaya untuk menahan diri agar tidak membicarakan orang lain dapat juga dikatakan dengan perbuatan jihad melawan hawa nafsu," katanya.

Kata dia, dalam Islam, iman berkaitan erat dengan "amil us-sholihah" (perbuatan baik), sehingga orang yang beriman harus dapat membuktikan keimanannya dengan melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk, seperti terorisme, korupsi, dan manipulasi.

Menurut dia, untuk menjalankan ajaran dan prinsip Islam secara "kaffah" (sempurna) dapat dilakukan dengan menjalankan prinsip "tawazun" (keseimbangan), "tawassud" (pertengahan), dan "tasamuh" (toleran), sehingga tidak akan memusuhi orang lain yang ada di luar golongannya.

"Prinsip-prinsip tersebut banyak diajarkan oleh paham Ahlussunnah wal Jamaah, dengan Abu al-Hasan al-Asy`ari sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh yang memiliki banyak pengikut, termasuk sebagian besar umat muslim di Indonesia," kata Ghazali.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009