Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengusulkan pengalihan alokasi subsidi minyak tanah ke premium menyusul kemungkinan berlebihnya konsumsi bahan bakar kendaraan tersebut tahun ini.

Anggota Komite BPH Migas Adi Subagyo di Jakarta Jumat mengatakan, pengalihan tersebut tetap dengan acuan alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang ditetapkan dalam APBN Perubahan 2009 sebesar Rp54,3 triliun tidak berlebih.

"Kami akan usulkan ke Departemen ESDM dan Departemen Keuangan, agar ada pengalihan subsidi minyak tanah yang kemungkinan lebih rendah dari alokasi APBN Perubahan 2009 ke premium yang mungkin berlebih," katanya.

BPH Migas memperkirakan, konsumsi premium bersubsidi tahun 2009 akan mencapai 20,854 juta kiloliter atau berlebih 7,25 persen (1,410 juta kiloliter) dibandingkan kuota APBN Perubahan 2009 sebesar 19,444 juta kiloliter.

Akibatnya, alokasi subsidi premium kemungkinan besar akan melebihi kuota APBN Perubahan 2009 yang ditetapkan.

Namun, di sisi lain, BPH Migas memperkirakan, konsumsi minyak tanah sampai akhir tahun hanya mencapai 4,943 juta kiloliter atau 14,85 persen di bawah kuota APBN Perubahan 2009 sebesar 5,805 juta kiloliter.

Kekurangan 14,85 persen itu setara dengan 861.960 kiloliter minyak tanah.

Adi mengatakan, kelebihan konsumsi premium disebabkan tiga hal. Pertama, kenaikan volume kendaraan bermotor baik roda dua maupun empat yang di luar prediksi.

Kedua, disparitas harga premium subsidi dan nonsubsidi yang cukup tinggi, sehingga pengguna premium nonsubsidi beralih ke subsidi.

Terakhir, kegiatan pemilihan umum yang menyedot banyak konsumsi premium bersubsidi.

Sampai Oktober ini, realisasi penjualan premium bersubsidi mencapai 17,163 juta kiloliter atau hanya kurang 11,73 persen dari kuota APBN Perubahan 2009

sebesar 19,444 juta kiloliter.

Sedang, penurunan konsumsi minyak tanah, menurut Adi, dikarenakan keberhasilan program konversi minyak tanah ke elpiji.

Realisasi konsumsi minyak tanah bersubsidi sampai Oktober 2009 tercatat 3,966 juta kiloliter atau kurang 31,65 persen dari kuota 5,805 juta kiloliter.

Sedang, konsumsi solar bersubsidi sampai akhir 2009 diperkirakan stabil pada angka 11,75 juta kiloliter atau hanya berlebih 1,25 persen yang setara dengan 144.876 kiloliter dibandingkan kuota APBN Perubahan sebesar 11,605 juta kiloliter.

Realisasi penjualan solar sampai Oktober 2009 tercatat mencapai 9,752 juta kiloliter atau kurang 16,29 persen dari kuota APBN Perubahan 2009 sebesar 11,605 juta kiloliter.

Kuota BBM bersubsidi sesuai APBN Perubahan tahun 2009 mencapai 36,854 juta kiloliter yang terdiri dari premium 19,444 juta kiloliter, minyak tanah 5,805 juta kiloliter, dan solar 11,605 juta kiloliter.

Sedang, realisasi penjualan BBM bersubsidi sampai Oktober 2009 mencapai 30,982 juta kiloliter yang terdiri dari premium 17,163 juta kiloliter, minyak tanah 3,968 juta kiloliter, dan solar 9,851 juta kiloliter.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009