Beijing (ANTARA News/AFP) - China memukul balik kecaman Uni Eropa mengenai eksekusi dua warga Tibet, berkaitan dengan kerusuhan di wilayah Himalaya itu tahun lalu, dan mengingatkan Eropa agar tidak mencampuri masalah ini.

Tanggapan tersebut muncul setelah 27 negara blok Eropa itu Kamis mengeluarkan pernyataan mengecam eksekusi dan mempertanyakan apakah rakyat Tibet mendapat pengadilan secara jujur.

"Kami menyatakan sangat tidak puas dan menegaskan penentangan terhadap pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak Eropa itu," kata juru bicara kementerian luar negeri, Ma Zhaoxu dalam tanggapannya yang diterbitkan di laman jejaring kementerian tersebut Jumat.

Ma mengatakan, bahwa dua warga Tibet tersebut telah dijatuhi hukuman mati karena perannya dalam aksi kerusuhan yang menelan banyak korban, yang mengguncang wilayah tersebut Maret tahun lalu.

Protes-protes sengit anti China meletus di Lhasa dan menyebar di seluruh Tibet, serta daerah-daerah tetangganya yang berpenduduk Tibet, tersebut membuat pemerintah Beijing marah karena dianggap mengacau persatuan nasionalnya menjelang pelaksanaan Olimpiade Beijing lalu.

Ma mengulangi lagi sikap China bahwa kerusuhan itu dirancang dan diorganisasikan oleh apa yang dia sebut klik Dalai Lama. Namun klaim itu tak pernah disiarkan dan tak didukung dengan fakta-fakta.

Dia mengatakan, China menolak `campur-tangan` dalam urusan dalam negerinya.

"Kami meminta Eropa mematuhi prinsip kesetaraan dan saling menghormati, dan jangan mengirimkan sinyal yang salah terhadap kekuatan separatis `kemerdekaan Tibet`. Demikian itu akan lebih menyehatkan dan menstabilkan hubungan-hubungan China-Eropa," katanya.

Beijing menuduh Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet di pengasingan, adalah penggerak kemerdekaan di tanah airnya. Meskipun begitu dia membantah bertindak demikian, dan menegaskan bahwa dia hanya menginginkan otonomi wilayah yang diperbesar untuk Tibet.

China mengatakan, para perusuh itu bertanggungjawab terhadap kematian 21 orang dalam aksi kekerasan tahun lalu, sedangkan pasukan keamanan Beijing mengaku hanya membunuh seorang `pemberontak.`

Sebaliknya, pemerintah Tibet di pengasingan mengatakan, lebih dari 200 orang Tibet tewas dalam penumpasan itu. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009