Cilegon (ANTARA News) - Delapan imigran gelap pencari suaka asal Sri Lanka yang sudah dua minggu di tempat penampungan sementara di Merak, Cilegon, Banten, dipindahkan ke kantor imigrasi pusat Jakarta, sementara imigran lainnya masih bertahan.

Ratusan imigran gelap asal Sri Lanka itu diamankan TNI AL di sekitar perairan Pulau Rakata, Selat Sunda, 11 Oktober lalu hingga sekarang masih bertahan di atas Kapal Motor (KM) Jaya Lestari 5 yang disandarkan di dermaga pelabuhan Indah Kiat.

"Mereka dibawa ke Jakarta untuk diseleksi dan diproses apakah mereka benar pengungsi atau ada persoalan lain di negaranya," kata Kepala divisi imigrasi kantor wilayah departemen hukum dan hak azasi manusia (Kanwil Dephukham) Provinsi Banten, Harry Purwanto di Cilegon, Selasa.

Ketika ditanya apakah mereka akan diserahkan kepada badan dunia yang mengurusi pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), Harry mengatakan, proses sementara dilakukan oleh imigrasi pusat.

Menurut dia, pemindahan ke delapan warga Sri Lanka dari tempat penampungan sementara yang disediakan didepan pelabuhan Indah Kiat Merak itu atas kemauan mereka sendiri dan bukan paksaan.

Dengan menggunakan armada bus dan didampingi petugas imigrasi, Selasa (3/11) pukul 08.00 kedelapan pencari suaka itu dipindahkan ke Jakarta.

"Disana mereka ditempatkan di direktorat jenderal imigrasi Jakarta," ujar Harry.

Beberapa orang dari delapan pencari suaka tersebut ada yang mempunyai surat keterangan pengungsi yang dikeluarkan oleh UNHCR Malaysia.

Salah seorang pencari suaka Ruben (30) yang lancar berbahasa melayu karena pernah berada di Malaysia beberapa bulan sebelum bergabung dengan imigran lainnya untuk mencari suaka.

Ia menjelaskan, dirinya mempunyai surat pengungsi yang dikeluarkan UNHCR Malaysia, apabila sudah didata dia bersedia ditempatkan di negara mana saja sesuai yang ditunjuk badan perserikatan bangsa bangsa untuk memulai hidup baru.

"Saya berada disini atau di Indonesia juga tidak bebas karena status saya dan disini tidak bisa menerima pengungsi," kata dia.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009