Jakarta, 9/11 (ANTARA) - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Masudi menyatakan, penerapan syariat tidak bisa dipaksakan sebelum semua infrastruktur terpenuhi.

"Jangan memaksakan penerapan syariat sebelum semua infrastruktur pemberdayaan masyarakat terpenuhi. Jadi pembangunan syariat harus dimulai dengan pembangunan infrastruktur," kata Masdar di Jakarta, Senin.

Masdar mengemukakan hal itu saat berbicara dalam diskusi dan bedah buku "Abu Habib Muda Seunagan dan Thariqat Syattariyah" karya Tengku Sammina Daud di gedung PBNU.

Abu Habib Muda Seunagan merupakan mursyid atau guru tarekat yang memiliki pengaruh luas di Aceh dan dikenal memiliki komitmen kuat pada NKRI. Hal itu diakui pemerintah dengan penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama oleh Presiden BJ Habibie pada tahun 1999.

"Suka tidak suka, kita harus mengakui bahwa yang paling penting adalah soal kebutuhan ekonomi," lanjut Masdar yang juga direktur Perhimpunan Pemberdayaan Pesantren dan Masyarakat (P3M) itu.

Oleh karena itu, kata Masdar, umat Islam, terutama di Aceh, tidak boleh terjebak pada logika syariat atau logika benar-salah dalam mengatasi berbagai persoalan yang sedang berkembang. Misalnya ingin menerapkan hukuman potong tangan bagi para pencuri.

Lebih lanjut Masdar mengatakan, umat Islam di Indonesia telah melupakan ajaran tarekat, ajaran yang menekankan pada pendalaman moral dan penerapan akhlak dalam kehidupan, yang telah dikembangkan oleh para penyebar Islam di Nusantara.

Belakangan ini, katanya, umat Islam lebih berpijak pada aspek syariat yang menekankan pada soal hukum atau sanksi yang diberikan kepada para pelanggar peraturan agama.

"Maka jadinya agama ini sepertinya hanya bertugas menghukum orang. Padahal agama bertujuan agar manusia ini menjadi lebih baik," katanya.

Oleh karena itu, kata Masdar, umat Islam perlu kembali pada konsep tasawuf, yang diterapkan dalam berbagai ajaran tarekat, yang menekankan pada aspek penyadaran.

"Tasawuf menekankan pada aspek moral dan penyadaran diri, bukan ancaman atau menakut-nakuti," katanya.

Hal senada dikemukakan Prof Dr Syahrizal dari Universitas Arraniri Banda Aceh. Menurutnya, umat Islam selama ini hanya terpaku pada logika hitam putih, bukan logika kesadaran.

"Logika kesadaran inilah yang dikembangkan dalam konsep tasawuf yang diamalkan dalam berabgai ajaran tarekat," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009