Singapura (ANTARA News) - Deretan kepala negara/pemerintahan dalam balutan busana "cantik" dengan latar belakang pemandangan terindah di Negeri Singa.

Panorama itu adalah satu dari sejumlah kekhasan pertemuan puncak Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).

Tradisi yang telah berlangsung lebih dari 10 tahun itu dimulai pada 1993 ketika Presiden Amerika Serikat Bill Clinton mulai mendadani para tamunya di pertemuan puncak APEC di Seattle, Amerika Serikat, dengan seragam jaket penerbang.

Dan bagai suatu tradisi baru yang tampak menyenangkan, kebiasaan itu terus berlanjut dan tetap dipegang teguh oleh para tuan rumah APEC hingga tahun ke 17 penyelenggaraan pertemuan puncak APEC.

Oleh karena itu tak heran setiap menjelang pertemuan puncak APEC, tuan rumah tidak hanya sibuk menyiapkan lokasi dan pelaksanaan pertemuan itu, namun juga membahas busana apa yang paling pantas digunakan untuk sesi foto para pemimpin ekonomi negara-negara APEC.

Tak boleh sembarang busana, karena secara tidak tertulis tahun demi tahun setiap negara berusaha menunjukkan busana "tradisonal" teranggun mereka. Busana itu --yang tidak selalu berupa busana tradisional-- secara menyeluruh mewakili kekhasan budaya sang tuan rumah.

Tak pelak lagi ajang pertemuan puncak APEC pun berubah menjadi salah satu panggung pertunjukan busana dengan para kepala negara/pemerintahan sebagai modelnya.

Bill Clinton memulai ide untuk menyeragamkan koleganya tapi Presiden Indonesia Soeharto adalah sosok kunci yang menjadikan hal itu suatu tradisi ketika ia mengikuti jejak Clinton di Bogor.

Ketika seluruh kepala pemerintahan/negara APEC kemudian "boyongan" ke Bogor, Indonesia, satu tahun berikutnya, Pemerintah Indonesia enggan kalah, meminta mereka mengenakan kemeja batik lengan panjang sebelum sesi foto bersama.

Selain pencapaian bersama "Target Bogor" (Bogor Goals) di Bogor dalam pertemuan APEC itu, kenangan tentang deretan para kepala negara/pemerintahan mengenakan kemeja batik lengan panjang sambil saling bercakap-cakap dan bercanda akrab akan selalu menjadi bagian dari cerita manis pertemuan puncak di Bogor itu.

Setelah itu, berturut-turut satu persatu negara tuan rumah APEC unjuk gigi. Kimono sutra biru Jepang sebagai pelapis jas pada pertemuan puncak APEC tahun 1995 di Osaka, baju barong tagalog di pertemuan APEC Filipina, jaket kulit di Kanada, baju bermotif khas di Kuala Lumpur, jaket berlayar di pertemuan APEC Auckland Selandia Baru tahun 1999, kain tenun di Brunei Darussalam, baju sutra bordir Shanghai di China, guayabera di pertemuan APEC Los Cabos Meksiko 2002, sutra bordir Thailand di Bangkok, chamanto di Santiago Chili, ao dai dalam pertemuan APEC Vietnam 2006, dan jaket hujan di Sydney 2007.

Arti penting dari pemilihan busana itu bahkan sempat membuat publik di Australia berdebat panjang mengenai busana apa yang paling pas untuk digunakan oleh para pemimpin negara/pemerintahan di pertemuan puncak APEC Sydney. Busana apa yang paling mencerminkan Australia, yang membuat dunia internasional mengingat Australia ketika puluhan tahun kemudian melihat kembali foto tersebut.

Sama seperti bagaimana dunia akan selalu mengingat deretan kepala negara/pemerintahan dalam balutan poncho berwarna coklat polos dalam sesi foto APEC ke-16 di Lima, Peru.

Poncho adalah pakaian tradisional Peru, terbuat dari bulu Alpaca. Baju hangat itu biasanya dikenakan oleh suku-suku Indian di Peru untuk menahan diri dari serangan angin dan hujan. Pakaian satu lembar itu hanya punya satu lubang di tengahnya untuk kepala kita masuk.

Sekalipun Poncho makin populer setelah Clint Eastwood memakainya dalam film "Man with No Name dan Dollars Trilogy" tapi menatap deretan para pemimpin negara/pemerintahan itu dalam balutan poncho warna coklat dapat menyisakan senyum bagi sejumlah orang, karena para pemimpin ekonomi APEC itu tampak bagai berselimut.

Kain Peranakan Singapura
Sebagai tuan rumah pertemuan puncak ke-17 APEC, Singapura juga tidak mau tertinggal dalam perang mode itu. Apalagi sekalipun ini adalah untuk kedua kalinya menjadi tuan rumah APEC, pada tahun 1990an Singapura tidak berkesempatan untuk unjuk gigi karena tradisi itu belum terbentuk.

Menurut laman resmi APEC Singapura, dalam sesi foto bersama itu pemerintah Singapura menyiapkan sebuah kostum seragam untuk para pemimpin negara/pemerintahan yang disebut sebagai Kain Peranakan Singapura.

Pakaian karya salah satu perancang busana ternama Singapura Wykidd Song --yang telah berkiprah dalam industri busana selama 16 tahun terakhir-- itu merupakan cerminan masyarakat Singapura yang multi budaya. Masyarakat Singapura terdiri dari keturunan China, India dan Melayu.

"Hal pertama yang ingin saya tangkap adalah cerminan Singapura ... saya juga mencoba menangkap kekhasan `Asia` dalam desain itu. Saya melihat kebudayaan Peranakan sebagai campuran dari berbagai macam budaya di Asia Tenggara, seperti yang terdapat di Singapura," kata Song.

Untuk busana pemimpin pemerintah/negara wanita, Song menggunakan banyak detil dari bordir dalam desainnya sekalipun model busana tetap semi formal.

Ia juga menggunakan sutra dan warna-warna cerah bagi para pemimpin negara/pemerintahan agar selaras dengan cuaca Singapura.

Warna-warna yang digunakan dalam busana itu akan selaras dengan warna resmi logo APEC Singapura yaitu hijau, biru dan merah. Para pemimpin negara laki-laki akan mengenakan busana berwarna biru, merah atau hijau sedangkan para pemimpin negara yang wanita mengenakan busana merah.

Busana itu juga dilengkapi dengan asesoris manset terbuat dari batu mulia, topaz biru, merah rhodolite atau hijau peridot. Sedangkan untuk wanita disediakan bros yang terbuat dari batu mulia merah rhodolite.

Sesi foto itu sendiri akan dilakukan di Esplanade, salah satu tempat atraksi budaya kebanggaan Singapura. Pada mulanya sesi foto itu akan digelar pada Sabtu sore (14/11) namun karena Presiden AS Barack Obama baru akan hadir pada Sabtu sore dan tidak akan mengikuti acara makan malam --Obama hanya akan mengikuti pertemuan informal pada Minggu-- maka sesi foto bersama itu ditunda pada Minggu. Keterlambatan kedatangan Obama mengikuti pertemuan puncak ke-17 APEC itu diakibatkan oleh adanya peristiwa penembakan di pangkalan militer AS di Texas yang menewaskan 13 prajurit AS.

APEC adalah forum kerja sama ekonomi Asia Pasifik yang terbentuk pada 1989 di Canbera-Australia. APEC telah melaksanakan langkah besar dalam menggalang kerjasama ekonomi sehingga menjadi suatu forum konsultasi, dialog dan sebagai lembaga informal yang kerjasama ekonominya berpedoman melalui pendekatan pasar bebas bersama berdasarkan sukarela, melakukan inisiatif secara kolektif dan untuk mendukung keberhasilannya dilakukan konsultasi yang intensif terus menerus diantara anggotanya.

Pada awalnya terdapat 12 negara sebagai pendiri yaitu Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Indonesia, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat.

Sejak saat itu telah menjadi wahana utama di kawasan Asia Pasifik dalam meningkatkan keterbukaan dan praktik kerja sama ekonomi sehingga dapat menarik masukan beberapa negara yaitu Republik Rakyat China, Hongkong-China dan China Taipe untuk bergabung pada 1991 yang kemudian disusul masuknya Meksiko dan Papua Nugini tahun 1993 serta Chili pada 1994.

Sedangkan tiga ekonomi anggota terakhir yaitu Federasi Rusia, Peru dan Vietnam bergabung dalam forum APEC tahun 1998.

Beranggotakan 21 anggota Ekonomi, APEC merupakan forum kerja sama ekonomi di wilayah Asia-Pasifik yang bersifat sukarela, informal, dan tidak mengikat.

APEC bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi kawasan dan memperkuat kerja sama ekonomi Asia-Pasifik melalui peningkatan volume perdagangan dan investasi.

Dalam perkembangannya APEC memiliki peran cukup strategis dengan penduduk sekitar 2 miliar jiwa atau lebih dari 40 persen populasi dunia dan mewakili 45 persen nilai perdagangan dunia (1996) --sebuah pasar potensial untuk perdagangan barang, jasa dan sumber daya manusia.(*)

Oleh Gusti Nc Aryani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009