Singapura (ANTARA News) - Para pemimpin ekonomi Forum Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) sepakat untuk mendorong penyelesaian perundingan Putaran Doha pada pertemuan informal (retreat) sesi pertama dari Pertemuan tingkat Pemimpin Ekonomi APEC (AELM).

Pertemuan tersebut berlangsung di Istana, Singapura, Sabtu, yang bertema "Connecting the Region" (Menghubungkan Kawasan).

Menurut keterangan resmi dari Chen Hwai Liang, Sekretaris Media Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Sabtu malam, pada sesi pertama pertemuan informal itu para pemimpin ekonomi APEC menyepakati dorongan politik untuk menyelesaikan Putaran Doha pada akhir 2010.

Disebutkan bahwa ada keperluan mendesak ketika perundingan menuju tahap akhir, itikad politik kuat penting untuk mengatasi kebuntuan.

Dalam upayanya untuk mempertahankan kawasan pasar bebas, para pemimpin APEC juga menekankan kembali komitmen mereka untuk menolak segala bentuk proteksionisme, kata pernyataan tertulis itu.

Dalam pertemuan informal yang berlangsung lebih kurang dua jam itu para pemimpin ekonomi APEC juga membahas sebuah visi jangka panjang dari Kawasan pasar Bebas Asia Pasifik (FTAAP).

Ada konsensus di antara para pemimpin bahwa negara-negara APEC harus meningkatkan upayanya untuk mewujudkan visi itu, dengan meletakkan suatu dasar dan mengeksplorasi segala bentuk yang mungkin.

Terkait hal itu, menurut pernyataan itu, sejumlah pemimpin ekonomi menyoroti Perjanjian Kemitraan Ekonomi Strategis Trans-Pasifik (TPP) sebagai salah satu cara yang mungkin digunakan untuk mencapai visi itu.

Mereka juga menyambut baik pengumuman Presiden Amerika Serikat Barack Obama bahwa AS akan terlibat dengan TPP. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada kesempatan itu mengatakan bahwa langkah signifikan seperti TPP penting untuk membantu menjaga momentum dalam upaya APEC mewujudkan visi FTAAP.

Dia juga mengatakan bahwa situasi politik harus tepat sebelum negosiasi FTAAP kawasan diluncurkan.

Selaku pemimpin pertemuan itu, Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengungkapkan bahwa sekalipun ada tanda-tanda pemulihan perekonomian pascakrisis namun perekonomian global masih dalam bahaya, dengan adanya pengangguran, lemahnya konsumsi dan tekanan proteksionisme.

Sejumlah pemimpin ekonomi yang lain pada kesempatan itu berbicara mengenai keperluan untuk menjembatani kesenjangan pembangunan antara negara-negara anggota APEC dan memperkuat upaya pembangunan kapasitas.

Beberapa diantaranya juga mengangkat isu perluasan agenda pembahasan APEC pada tantangan baru seperti ketahanan pangan.

APEC merupakan forum yang terbentuk dan perkembangannya dipengaruhi antara lain oleh kondisi politik dan ekonomi dunia saat itu yang berubah secara cepat di Uni Soviet dan Eropa Timur.

Selain itu dipengaruhi kekhawatiran gagalnya perundingan Putaran Uruguay yang akan menimbulkan proteksionisme dengan munculnya kelompok regional serta timbulnya kecenderungan saling ketergantungan diantara negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Forum yang dibentuk 1989 di Canbera-Australia itu telah melaksanakan langkah besar dalam menggalang kerja sama ekonomi sehingga menjadi suatu forum konsultasi, dialog.

Sebagai lembaga informal yang kerja sama ekonominya berpedoman melalui pendekatan keterbukaan bersama berdasarkan sukarela, melakukan inisiatif secara kolektif dan untuk mendukung keberhasilannya dilakukan konsultasi yang intensif terus menerus di antara 21 ekonomi anggota.

Indonesia mendukung peran penting APEC dalam meningkatkan kerja sama ekonomi di kawasan dan berperan aktif dalam pengembangan arah kerjasama APEC ke depan.

Partisipasi Indonesia di APEC dilandaskan pada pentingnya mengantisipasi dan mengambil keuntungan dan mengamankan kepentingan nasional RI dari era perdagangan dan investasi yang semakin bebas di Asia Pasifik.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009