Denpasar (ANTARA News) - Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Wilayah III Denpasar mengingatkan masyarakat untuk menjauhi tanah lapang karena puting beliung sering terjadi di lokasi seperti itu.

"Di kawasan terbuka biasanya suhunya lebih panas dibanding daerah yang ada pepohonan. Karena suhunya panas, ketika udara di kawasan itu naik, maka menjadi awan komulonimbus yang merupakan cikal bakal angin puting beliung," kata Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Denpasar Endro Tjahjono kepada ANTARA di Denpasar, Minggu.

Kawasan terbuka yang perlu diwaspadai itu khususnya di daerah perkotaan karena suhunya juga cenderung lebih panas dibanding kawasan pedesaan.

"Anak-anak yang suka bermain layang-layang di lapangan harus waspada. Termasuk juga petani di sawah saat musim penghujan ini. Ciri-ciri akan munculnya puting beliung biasanya diikuti suara gemuruh dan kilatan petir," katanya.

Ia menjelaskan, angin puting beliung yang turun dengan pola seperti spiral hanya singkat, yakni sekitar tiga hingga lima menit, namun dampaknya luar biasa karena bisa memorakporandakan apapun yang ada di permukaan tanah.

"Angin itu biasanya terjadi antara siang sekitar pukul 13.00 hingga sore atau pukul 18.00," kata Endro.

Ia menjelaskan, kalau selama ini, angin puting beliaung melanda Pulau Jawa, maka di akhir November hingga Desember akan menuju ke arah timur, yakni Pulau Bali.

Karena itu masyarakat Bali perlu waspada dengan misalnya memangkas pohon di dekat rumah yang daunnya terlalu lebat, termasuk pohon yang dahan-dahannya sudah rapuh.

"Selain itu kalau ada atap atau penyangga atap rumah yang rapuh harus segera diperbaiki atau diperkuat," katanya.

Menurut dia, di seluruh Pulau Bali saat ini sudah memasuki musim hujan. Hal ini sejalan dengan suhu permukaan air laut yang relatif naik, sehingga kadar penguapannya lebih banyak.

"Udara yang menguap itu menjadi awan. Karena angin sekarang normal, maka awan-awan itu menjadi lembab dan berpotensi menurunkan hujan," katanya.

Mengenai cuaca di laut, ia mengemukakan, saat ini sudah normal dengan tinggi gelombang tidak lebih dari 1,5 meter. Namun demikian, pada Desember mendatang perlu diwaspadai Samudera Hindia karena akan terjadi perubahan cuaca dan gelombang laut. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009