Jakarta (ANTARA News) - Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA sedang menjajaki kemungkinan kerjasama dengan Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun) dalam pembuatan koran mingguan berbahasa Inggris, The Indonesia Post.

"Kita sudah ada kesepakatan secara lisan, nanti akan diskusikan kembali secara rinci kemungkinan kerjasama pembuatan koran mingguan berbahasa Inggris itu," kata Dirut Perum LKBN ANTARA, Dr Ahmad Mukhlis Yusuf, usai bertemu dengan para Direksi Dapenbun di Jakarta, Jumat.

"Peluang pasar untuk menerbitkan koran berbahasa Inggris untuk konsumsi para deplomat dan pebisnis asing di Indonesia masih terbuka lebar. Oleh karena itu, kita sepakat untuk mewujudkan ide itu ke dalam bentuk kerjasama lebih permanen," katanya.

Sebagai bentuk komitmen dari direksi, kata Mukhlis, Dapenbun menyiapkan ruangan kerja bagi kerjasama itu di salah satu gedung miliknya di Jakarta sebagai bentuk penyertaan modal.

Mengutip pernyataan kesediaan dari Direktur Utama Dapenbun Drs Amir Soenarso, Ak, Mukhlis menambahkan gedung itu dapat dipakai sebagai kantor redaksi dan pemasaran selama 10 tahun.

Ia menambahkan, direksi Dapenbun tampak antusias mendukung rencana kerjasama masuk ke bisnis media itu.

Mukhlis juga mengatakan, selain Dapenbun ada investor lain yang juga akan bergabung. Perum Antara, sebagai bagian dari institusi milik BUMN, akan merasa senang jika ide pembuatan koran mingguan itu banyak mendapat dukungan dari para BUMN.

Dukungan itu, bukan hanya ikut dalam penyertaan modal, tetapi juga memasang iklan dan membantu dalam penyebarannya.

Di bagian lain Mukhlis mengatakan, sejak mendapat badan hukum Perum pada 2007, Perum LKBN ANTARA telah menata sistem kerjanya secara baku untuk menjadikan kantor berita yang mempunyai nilai perjuangan itu menjadi institusi bisnis kelas dunia.

"Sejak saya diangkat menjadi Dirut Perum LKBN ANTARA, saya sudah membentuk sistem yang baku, seperti adanya Perjanjian Kerja Bersama/PKB dengan karyawan sesuai dengan UU No 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, standar mutu lewat ISO-9000 dan cara kerja yang menggunakan indeks performa kerja/KPI. Sistem tersebut sudah baku yang biasa dipakai perusahaan multinasional, sehingga siapapun yang nanti akan mengganti saya, sudah akan ada sistem yang dapat dijalankan."
Investasi cukup prudent

Dirut Dapenbun Amir Soenarso yang didampingi direktur investasi Ir Arief Priyambodo, MSi dan Drs H Soetidja Prawiradinata, Ak, juga menguraikan kinerja keuangan Dapenbun 2008 dan 2009.

Dapenbun bekerja berdasarkan mandat dari Undang-undang No 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun dan Rencana Kerja Anggaran Dapenbun yang telah disetujui para dewan komisaris.

Khusus untuk investasi, kata Amir, pilihannya tidak terlalu banyak karena masalah itu sudah diatur dalam SK Menteri Keuangan No 197 KMK. Tahun 2008 yang mengatur investasi dana pensiun.

Dalam aturan itu investasi dana pensiun hanya dibatasi 13 jenis sarana investasi, seperti deposito bank, obligasi negara dan swasta, properti dan penyertaan modal kepada anak perusahaan.

Sekitar Rp3,4 triliun atau 70 persen investasi dialokasikan kepada pasar uang dan pasar saham. Jumlah itu mengalami kenaikan sedikit dari tahun sebelumnya Rp3,1 triliun.

Ia merinci, 30 persen atau sekitar Rp1 triliun untuk saham dan Rp1,3 triliun untuk obligasi dan Surat Utang Negara, sisanya masuk ke properti, deposito dan penyertaan.

Pada kesempatan itu ia juga menyinggung terjadinya potensi kerugian investasi sekitar Rp400 miliar pada 2008, namun saat ini jumlah itu sudah berkurang menyusul membaiknya iklim pasar modal Indonesia dan terus naiknya IHSG.

Sebelumnya ia juga mengatakan, Dapenbun akan melepas Rp150 miliar saham di anak perusahaan Bank Agro lewat Right Issue.

Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun) akan melepaskan sahamnya di PT Bank Agro Tbk, melalui right issue (penerbitan saham baru) senilai Rp150 miliar guna menambah permodalan pada perusahaan itu.

"Dapenbun saat ini mempunyai 96 persen saham di PT Agro. Kita akan menguasai tak lebih dari 55 persen saja," kata Amir Sunarso.

Dana Pensiun Perkebunan, yang memiliki empat anak perusahaan PT Bank Agro, Asuransi Jasa Tania, PT Tanindo dan Dapenbun Investama, kepemilikan sahamnya secara bertahap akan dikurangi guna menuju bisnis usaha yang lebih sehat dalam mengelola dana milik para pensiunan dan karyawan aktif dari 14 PTPN seluruh Indonesia itu.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009