Jenewa (ANTARA News) - Kelompok negara berkembang G20 mendesak, negara maju untuk memperjelas komitmen mereka untuk melanjutkan perundingan putaran Doha awal 2010 agar bisa diselesaikan pada tahun tersebut.

"Sangat penting bagi negara maju untuk merealisasikan komitmen politiknya menjadi aksi yang nyata. Kami menekankan kembali pentingnya proses negosiasi multilateral untuk dilanjutkan, perundingan bilateral tidak bisa menggantikan proses multilateral," kata Menteri Perdagangan Brazil, Salso Amorin dalam jumpa pers usai pertemuan G20 di Hotel Mandarin Oriental, Jenewa, Minggu.

Menurut dia, tahun depan merupakan saat yang tepat untuk memulai kembali proses perundingan WTO mengingat mulai pulihnya perekonomian dari dampak krisis ekonomi global.

Para menteri G20 sepakat bahwa harus ada kesempatan memulai perundingan tingkat multilateral awal tahun depan untuk mengevaluasi kemajuan perundingan, mengidentifikasi hambatan yang masih ada serta mengeksplorasi kemungkinan mensukseskan Agenda Perundingan Doha sebelum akhir 2010 yang sejalan dengan mandat pembangunan.

"Kita sudah dalam momen yang penting. Kita tidak tahu kapan kesempatan baik akan muncul. Pulihnya perekonomian dunia dari krisis ini harus dimanfaatkan untuk mendorong agenda perundingan Doha," tuturnya.

Pada kesempatan itu, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang juga koordinator kelompok negara berkembang G33 menyatakan, dukungan penuh terhadap kesepakatan G20 itu. "Kami ingin mendorong perundingan yang sukses pada 2010," ujarnya.

Mendag mengatakan, G33 akan melakukan pertemuan untuk membahas isu Special Safeguard Mechanisme yang merupakan salah datu isu yang belum disepakati dalam perundingan WTO.

"Kami ingin membuat kemajuan seperti yang kelompok lain ingin lakukan. Kita harapkan ada kemajuan," katanya.

Mendag juga mengatakan, momen pemulihan ekonomi global dari krisis sangat penting untuk dimanfaatkan mendorong perundingan WTO agar aksi proteksionisme tidak semakin meningkat.

"Meski krisis belum selesai tapi tanda-tanda pemulihan sudah ada. Meski masih rapuh rapi kita tidak boleh meremehkan efek negatif yang bisa terjadi jika proteksionime meningkat. Itu karena kurangnya kepercayaan terhadap sistem perdagangan multilateral," tambahnya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009