London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak dunia meguat pada Selasa waktu setempat, karena kekhawatiran atas masalah utang Dubai mereda dan setelah kenaikan pada data bisnis AS semalam meningkatkan harapan pemulihan ekonomi, kata para analis.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Januari, melompat 1,13 dolar menjadi 78,41 dolar per barel.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari naik 93 sen menjadi 79,40 dolar per barel pada akhir perdagangan London.

"Minyak rally ... karena ketegangan mereda atas keadaan dampak dari masalah utang Dubai," kata analis ODL Securities, Marius Paun.

Sebelum akhir pekan, minyak mentah New York telah jatuh hampir dua dolar pada Jumat karena pasar bereaksi terhadap pengumuman Dubai yang menginginkan moratorium pembayaran utang enam bulan untuk konglomerat utamanya Dubai World.
Namun pada Selasa, investor menyambut restrukturisasi utang Dubai World 26-miliar dolar (17-miliar euro).

Minyak mentah berjangka telah melompat pada Senin setelah kenaikan tak terduga dalam aktivitas bisnis di wilayah Midwest AS dan dan peningkatan indeks pembelian manajer Chicago.

Pasar juga telah memenangkan dukungan dari berita bahwa produsen minyak mentah utama Iran telah menangkap lima pelaut Inggris di Teluk.

Seorang ajudan utama Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan Selasa, bahwa lima pelaut Inggris yang ditahan di perairan Teluk akan ditangani dengan tegas jika dinyatakan bersalah "berniat buruk."

"Setiap informasi utama termasuk Iran telah menjadi sedikit lebih sensitif dan dengan awal ketidakpastian tentang perahu yang terlibat, tidak butuh waktu lama untuk harga minyak melambung," kata analis Petromatrix Olivier Jakob.

Sementara itu, Iran mengatakan pada Selasa kekuatan dunia telah terburu-buru dalam bereaksi terhadap keputusan Teheran untuk membangun 10 pabrik pengayaan uranium baru.

Kekuatan dunia marah setelah Iran mengumumkan pada Minggu, pihaknya berencana membangun 10 pabrik pengayaan uranium baru setelah ditegur oleh pengawas atom PBB untuk membangunpabrik kedua tersebut di dekat kota suci Syiah Qom.

Dua puluh lima dari 35 anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memberikan suara terhadap Teheran dan memintanya untuk membekukan pembangunan pabrik.

Dalam perkembangan terpisah pada Selasa, Iran, produsen minyak OPEC terbesar kedua, mengatakan bahwa pihaknya tidak mengharapkan keputusan untuk menaikkan produksi minyak mentah di pertemuan kartel akhir bulan ini.

"Mengingat keadaan, tidak akan ada peningkatan output dan OPEC tidak akan mengizinkan anggota untuk melakukannya," kata Menteri Perminyakan Masoud Mirkazemi kepada wartawan pada sebuah konferensi pers.

"Hari ini situasi (pasar) yang tidak tepat untuk meningkatkan output. Ini perkiraan saya," katanya.

Para menteri juga mendesak anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak yang akan bertemu pada 22 Desember di Luanda, bekerja untuk menstabilkan harga minyak. "Kita harus mengerahkan upaya untuk mencapai stabilitas harga di pasar."

Presiden OPEC Jose Maria Botelho de Vasconcelos di Angola mengatakan pada November dengan harga minyak antara 75 dan 80 dolar per barel akan memuaskan.

Beberapa anggota OPEC, termasuk Venezuela, diharapkan untuk mengumumkan keinginan mereka untuk mempertahankan tingkat produksi saat ini, yang telah ditetapkan sejak Januari pada 24,84 juta barel per hari.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009