Makassar (ANTARA News) - Konferensi iklim dunia (World Wide Views on Global Warming) yang dijadwalkan berlangsung 11 hingga 20 Desember di Kopenhagen, Denmark, dipercepat tiga hari oleh panitia WWViews.

"Berdasarkan jadwal, saya akan menyampaikan materi pada 200 kepala negara pada 11 Desember, namun karena adanya perubahan jadwal sehingga panitia mempercepat agenda tersebut pada 9 Desember," kata Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, di Makassar, Senin.

Wali Kota dijadwalkan akan berangkat pada Selasa (8/12) bersama asisten II Pemkot Makassar, Burhanuddin dan anggota LSM dari Enlightening Indonesia.

Ia mengatakan, pada pertemuan itu, dirinya mendapat kehormatan untuk mempresentasekan konsep mitigasi dan rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang akan diadopsi oleh beberapa negara.

Keikutsertaaannya pada pertemuan pemanasan global tingkat dunia di Kopenhagen, Denmark untuk membahas tindak lanjut dari rekomendasi WWViews Makassar.

Dari 64 negara yang mengusulkan rekomendasi untuk dibahas pada konfrensi tersebut, hanya 20 rekomendasi yang berhasil menyentuh pokok permasalahan.

Bahkan, dari 20 rekomendasi itu panitia hanya menyepakati tiga rekomendasi yakni, penegakan hukum-hukum perlindungan lingkungan secara internasional, perubahan pola pikir masyarakat dunia dan pendidikan ramah lingkungan buat masyarakat dunia.

"Kita bersyukur karena dari 20 rekomendasi yang diusulkan hanya tiga yang tersaring dan rekomendasi yang diusulkan teman-teman dari Makassar bisa diterima panitia forum WWViews," katanya.

Ia menjelaskan, keikutsertaan Makassar dalam kegiatan itu didasarkan pada usaha-usaha yang sudah dilakukan kota Makassar dalam meregulasi kebijakan penataan ruangnya yang berkesesuaian dengan prinsip-prinsip mitigasi.

Dimana didalamnya, kata Ilham, telah mengakomodasi gejala perubahan iklim global dan menjadi salah satu barometer kota yang tanggap dan peduli terhadap "Sea Level Rise" emisi karbon dan penerapan konsep hijau dalam skala ruangnya secara awal menjadi bagian terukur dari kendala peduli ruang hijau di daerah pesisir.

Rencana tata ruang wilayah (RTRW) dalam kawasan yang dikembangkan untuk mensinergikan kepentingan ekologi dan ekonomi perkotaan seperti, revitaliasasi Pantai Losari Makassar yang saat ini tengah dalam pembangunan dengan mengadopsi tinggi muka air laut sehingga menjadi "barier" utuh untuk mitigasi.

Sebagaimana dalam konsep pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu (ICZM) dan penentuan titik Z yang dikaji sebagai alat kontrol terhadap kendali pembangunan infrastruktur ruang perkotaan.

Ia menambahkan, Makassar terpilih karena beberapa pertimbangan penting, antara lain karena Makassar merupakan salah satu wilayah yang rentan terhadap perubahan iklim, apalagi Makassar sebagai salah satu wilayah pesisir (coastal area) terbesar di dunia.

Selain itu, Makassar juga merupakan Centre Point of Indonesia, Coral Triangle Indonesia, dan kini Makassar telah Go International dengan dibukanya wahana indoor terluas di dunia.

Kegiatan ini merupakan inisiatif dari Kementerian Iklim yang bekerja sama dengan Dewan Teknologi dan Kebudayaan Denmark dalam rangka konferensi iklim yang akan dilaksanakan oleh UNFCCC-PBB (United Framework of Climate Change Conference) pada 7-20 Desember 2009 di Kopenhagen, Denmark.

Kegiatan ini akan dihadiri oleh para pimpinan negara dan menteri lebih dari 170 negara yang akan berpartisipasi, serta 8.000 peserta lainnya yang terdiri dari pejabat pemerintah, wakil LSM, kalangan bisnis, dan industri.

Tujuan dari pertemuan di Denmark adalah untuk mencapai kesepakatan yang mengikat mengenai iklim global yang akan berlaku untuk periode setelah tahun 2012 ketika Protokol Kyoto berakhir.

Diskusi di antara bangsa-bangsa saat ini berkisar sekitar lima isu-isu yakni, untuk mengurangi emisi CO2 dan ini harus ditetapkan untuk masa depan, persoalan mitigasi dalam peranan pengurangan CO2, adaptasi dana yang harus didistribusikan, teknologi CO2 netral, dan pengembangan teknologi yang sudah ada.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009