Bandung (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa pemerintah negara-negara Asia harus menjadikan keberagaman sebagai sumber kekuatan.

"Tidak boleh ada satu pun pemerintahan yang memaksakan keseragaman (uniformity) bagi warganya," kata Presiden saat membuka Sidang Umum ke-4 Konferensi Parlemen Asia (Asian Parliamentary Assembly/APA), Selasa pagi, di Gedung Merdeka Bandung, Jawa Barat.

Menurut Kepala Negara, pemerintah harus terus menghargai pluralisme, perbedaan pendapat, dan kepercayaan dari para warga negaranya.

"Di benua yang sangat kaya akan keragaman seperti Asia, dengan keragaman budaya negara-negaranya, maka parlemen Asia harus terus bekerjasama untuk meningkatkan penghargaan atas keragaman," katanya.

Presiden menilai sebagai organisasi regional para pembuat Undang-Undang di Asia, peran Asian Parliamentary Assembly, tentu tidak hanya mendorong penguatan demokrasi di kawasan, tetapi juga menjamin bahwa demokrasi dapat membantu menghasilkan perdamaian, kesejahteraan dan kemajuan.

"Saya meyakini peran parlemen dan seluruh anggotanya dalam mengawal demokrasi, dan menjadikannya makin tumbuh, serta makin peka terhadap realitas nasional, regional maupun global," katanya.

Pada kesempatan itu Kepala Negara juga mengatakan bahwa setiap pemerintah wajib memahami jika parlemen adalah sebuah kelembagaan politik yang merupakan hasil dari proses demokrasi.

Oleh karena itu, lanjut dia, ada hubungan yang sangat erat antara pengembangan parlemen dan pengembangan demokrasi.

"Namun demikian, kita juga memahami bahwa pengembangan demokrasi di tiap negara tentu berbeda, karena mengikuti corak budaya, tradisi dan latar belakang sejarah, serta hal-hal khas lainnya dari negara masing-masing," katanya.

Oleh karena itu, kata Kepala Negara, Asian Parliamentary Assembly harus terus memahami keunikan corak demokrasi dari negara-negara anggotanya.

Pada kesempatan itu Presiden juga menegaskan bahwa baik parlemen maupun pemerintah harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam menyongsong masa depan.

"Kita jangan pernah melupakan bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan. Tidak ada program pembangunan yang akan berhasil kalau tidak mengakar di rakyat. Sebaliknya, segala upaya yang mencerminkan aspirasi rakyat pasti berhasil, sekalipun tantangannya silih berganti," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009