Jakarta, (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu pagi turun, karena pelaku segan masuk ke pasar.

Para pelaku pasar cenderung melepas sahamnya, sambil menunggu dan melihat perkembangan seiring dengan akan adanya aksi demo antikorupsi, kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga di Jakarta, Rabu.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar turun menjadi Rp9.465-Rp9.475 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.445-Rp9.455 atau turun 17 poin.

Ia mengatakan, aksi demo yang akan dilakukan oleh semua lapisan masyarakat diharapkan berjalan lancar, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa sehingga akan mendorong pasar bereaksi positif.

Namun apabila aksi demo itu yang ditopang oleh provokasi yang menimbulkan korban jiwa maka dikhawatirkan pasar akan negatif dan pergerakan juga akan terus melemah, katanya.

Saat ini, menurut dia, sentimen negatif pasar masih kecil, karena sebagian besar pelaku belum masuk pasar, mereka hanya menunggu dan melihat aksi demo itu lebih lanjut.

"Kami optimis pemerintah melalui aparatnya telah mempersiapkan diri untuk menjaga aksi demo itu tidak brutal dan tidak dimasuki anarki yang ingin merusak demokrasi di dalam negeri," katanya.

Edwin Sinaga yang juga Dirut PT Finan Corpindo Nusa mengatakan, pemerintah diharapkan terus melaksanakan perannya dalam pembangunan listrik dan infrastruktur, karena kedua sektor tersebut sangat dibutuhkan investor asing.

Apabila pembangunan kedua sektor berjalan lancar, maka investor asing akan menginvestasikan dananya dalam jangka panjang, karena pasar Indonesia dinilai masih tetap menjanjikan, katanya.

Karena itu, lanjut dia pemerintah diharapkan tidak terbawa arus dan terhambat dalam melaksanakan programnya dengan adanya berbagai masalah yang terjadi di dalam negeri, karena itu merupakan kembang dari pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

"Kami optimis dengan kondisi ini maka rupiah kedepan akan semakin baik dan akan kembali berada di bawah angka Rp9.400 per dolar," ucapnya.(*)

 

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009